Categories: Berita Terbaru

Ramai Soal “Cagub Pelit”, ini Penjelasan Pelit Secara Psikologis

Mataram – Islam melarang penganutnya bersifat pelit kepada setiap individu. Selain karena merupakan sifat yang tercela, nyatanya sifat yang satu ini juga menghadirkan dampak yang merugikan diri sendiri maupun lingkup sosial.

Ilmuwan Psikologi Islam Indra Kusuma menjelaskan, secara psikologis, sikap pelit lahir dari adanya mentalitas kelangkaan.

Dasarnya, hal tersebut berbasis pada rasa takut atas kekurangan sesuatu. Sehingga seakan dia kekurangan, dia seolah-olah hanya memiliki sesuatu yang terbatas. Tidak mau berbagi, jadi pelit, kata Indra.

Orang yang pelit secara psikologi juga berada dalam level yang berbeda-beda. Mulai dari mereka yang enggan memberikan tip, enggan membantu kesulitan orang lain, hingga enggan untuk menunaikan kewajiban materiel yang diembankan dalam sebuah nilai (agama, Red).

Jika dilihat secara psikologi, kata Indra, orang yang pelit sejatinya telah merugikan dirinya sendiri maupun orang lain. Sebab, dengan mentalitas kekurangan yang dimiliki, hal demikian dapat menjadi hambatan baginya dalam menjalin relasi sosial.

Dengan begitu, dengan adanya sifat pelit, relasi sosial, seperti dunia kerja maupun lingkungannya, akan menjadi tidak baik.

Sedangkan sifat sebaliknya, adalah mentalitas keberlimpahan. Indra menjelaskan bahwa sifat ini lahir dari kepercayaan diri atas kecukupan yang diperoleh sehingga membuatnya memiliki kelayakan untuk berbagi.

Jika seseorang memiliki mentalitas semacam itu, akan berdampak pada semakin baiknya lingkup sosial.

Kalau dalam Islam, bahasanya itu adalah logika syukur. Jadi, kalau bersyukur, rezekinya akan ditambah. Dia punya mentalitas berkelimpahan,ujar Indra.

Adapun orang yang terjerumus dalam sikap pelit secara psikologi penyebabnya didominasi oleh pola asuh yang keliru. Pengaruh orang lain yang signifikan dalam tumbuh kembang anak, kata dia, akan sangat menentukan dan membangun mentalitas anak pada masa depan.


Jika sedari kecil anak diajarkan untuk berbagi, Indra menyebutkan, rasa empati akan tumbuh dan mentalitas keberlimpahan yang dimiliki pun semakin kuat. Hal itu bisa ditanamkan, salah satunya adalah dengan pendidikan yang menitikberatkan pada empati.

Mugni Ilma

Recent Posts

Sekjen Al Mukhtariyah Keberatan Pencatutan Nama Yayasan Dukung Paslon Tertentu di Pilgub NTB

Lombok Timur, Barbareto - Sekretaris Jendral (Sekjen) Yayasan Al Mukhtariyah Mamben Lauk, Ahmad Masfu, S.E.,…

2 jam ago

Celetukan Masyarakat di Tengah Kampanye TANDA: Intinya Pak Daeng Jangan Kita Buat Dagang Pupuk Jadi Bupati

Lombok Timur - Pasangan calon (Paslon) Tanwir-Daeng (Tanda) berkampanye di wilayah Kecamatan Sukamulia, Lombok Timur,…

4 jam ago

Merasa Kurang Dianggap di Paslon 03, Eks Ketua FORMASTIM Banting Setir ke Bang-Abah

Lombok Timur - Hiruk pikuk pilkada Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) semakin memanas, pasalnya 40…

4 jam ago

Desa Aikmual Wakili NTB di Ajang Apresiasi Keterbukaan Informasi Publik Desa 2024

Lombok Tengah,Barbareto.com - Desa Aikmual, Kecamatan Praya, Kabupaten Lombok Tengah, terpilih mewakili Provinsi Nusa Tenggara…

13 jam ago

KPK Soroti Pemberian Pokir ke Mantan Dewan Lombok Timur, APH Diminta Pelototi

Lombok Timur - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) turut mengomentari pemberian Pokir terhadap mantan anggota DPRD…

14 jam ago

Penemuan Mayat Bayi di Kebun Hebohkan Warga Pringgarata

Lombok Tengah, Barbareto - Polsek Pringgarata Polres Lombok Tengah menyelidiki penemuan mayat bayi laki-laki yang…

1 hari ago