BARBARETO.com | Film pendek berjudul “PEPADU” garapan sutradara Ming Muslimin menjadi buah bibir penikmat Film Pendek di Pulau Lombok.
Pasalnya Film tersebut mengangkat kehidupan sosial pedagang Gula Gending (Pedagang gulali, permen kapas, red) yang sewaktu-waktu ikut Peresean (pertarungan dua pria menggunakan rotan, red) guna memenuhi kebutuhan hidup keluarganya yang notabene tidak jauh dari culture masyarakat Lombok.
Film ini juga memberikan kesan tersendiri bagi pemerannya, salah satunya adalah Herman Junaidi, yang berperan sebagai Amaq Panji dalam film tersebut.
Diakui Herman, sapaan akrab pemeran Amaq Panji ini, aktingnya pada setiap scene berangkat dari pengalaman pribadi, mengingat semua pekerjaan yang sudah ia lakukan, mulai dari jadi supir, berdagang, lebih-lebih dirinya menikah muda pada umur 22 tahun dan hidup bersama istri yang sama-sama tidak Sekolah.
“Kesulitan memang tidak begitu berarti, karena peran yang dimainkan berangkat dari pengalaman pribadi,” ungkap Herman.
Bahkan disebutkan pria asal Sakra ini, dirinya larut dalam menjalani akting tersebut karena sempat merasakan sulitnya mendapatkan uang untuk membeli popok anaknya, sehingga terpaksa harus menggunting kain sebagai pengganti popok anaknya.
“Bahkan waktu dulu saya lebih sulit dari Amaq Panji, bagaimana saya menggunakan kain sebagai pengganti popok anak saya karena tidak punya uang,” imbuhnya.
Masih kata Herman, pencarian talent untuk project Film itu cukup lama, karena menjalankan peran menjadi Amaq Panji yang berperan sekaligus mempraktikkan Peresean agak sulit, terlebih pada salah satu scene itu juga diisi oleh Pepadu ternama Lombok, yakni Selaq Marong, yang tentunya memberikan atmosfer tersendiri pada Film itu.
“Memang kabarnya untuk pencarian talent agak lama, lebih-lebih ada Selaq Marong juga, bahkan karena aktingnya keseringan diulang, terpaksa kami main serius pada saat pengambilan video,” cetusnya.
Lebih jauh Herman menyebutkan tidak terlalu memikirkan bayaran pada Film tersebut, mengingat Film tersebut dapat membantu promosi Pariwisata dan Budaya Lombok.
“Saya tidak terlalu terpaku pada itu (bayaran, red), yang jelas semoga Film ini mendapatkan perhatian dan penghargaan dari masyarakat,” pungkasnya.