Mataram – Lembaga Kajian Sosial dan Politik Mi6 menegaskan, pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD, berpotensi besar unggul di NTB dalam Pilpres 2024. Lanskap Pemilu 2024 sudah sangat jauh berbeda dengan Pemilu 2019, dan berdasarkan kajian Mi6, pasangan Ganjar-Mahfud, menjadi pasangan kandidat yang paling siap mengantisipasi perubahan lanskap Pemilu 2024 tersebut dan mengonversinya menjadi jalan menuju kemenangan.
”Hasil kajian kami, pasangan Ganjar-Mahfud bakal unggul di NTB. Tapi, memang keunggulannya tidak akan telak terhadap dua kandidat lainnya yakni pasangan Prabowo-Gibran dan Anies-Muhaimin,” kata Direktur Mi6 Bambang Mei Finarwanto dalam keterangannya, Sabtu (18/11).
Analis politik kawakan NTB ini mengemukakan, dalam Pemilu 2019 lalu, Prabowo memang memperoleh dukungan besar di NTB. Secara keseluruhan, dari total 3.040.686 pengguna hak pilih yang datang ke bilik suara, Prabowo meraih 2.011.319 suara dari warga Bumi Gora. Sementara dukungan untuk Joko Widodo sebanyak 951.242 suara.
Hanya saja, perolehan suara yang besar dalam Pemilu tahun 2019 tersebut tidak serta merta akan menjadikan Prabowo melenggang dengan mudah di NTB dalam Pilpres 2024 mendatang. Sebab, Pemilu 2024 sama sekali adalah medan pertempuran yang berbeda jika dibanding dengan Pemilu 2019.
”Demografi dan preferensi pemilih sudah jauh berubah di NTB dalam lima tahun terakhir,” kata Bambang Mei Finarwanto.
Mantan Eksekutif Daerah Walhi NTB dua periode yang karib disapa Didu ini mengemukakan, berdasarkan hasil kajian Mi6, preferensi pemilih di NTB di tahun 2024 kini sudah terbelah tiga seiring dengan tiga pasang calon presiden dan wakil presiden yang telah ditetapkan Komisi Pemilihan Umum.
Masalahnya, basis pemilih Prabowo di NTB, memiliki irisan yang sama dengan basis pemilih pasangan Anies-Muhaimin. Sehingga, dukungan ke Prabowo sudah pasti tidak akan sekencang dukungan di Pilpres sebelumnya. Sementara di sisi lain, basis dukungan kalangan nasionalis yang dimotori PDI Perjuangan di NTB, dinilai akan solid ke pasangan Ganjar-Mahfud, dan bahkan bisa meraup tambahan seiring dengan bergabungnya Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Perindo sebagai penyokong pasangan Ganjar-Mahfud.
Didu menjelaskan, PPP adalah partai pemenang ketiga di NTB dalam Pemilu tahun 2019. Sementara dari sisi partai berbasis Islam, PPP merupakan partai dengan perolehan suara tertinggi di NTB, mengalahkan perolehan suara PKB, PAN, dan PBB. Sementara Partai Perindo, seperti yang sudah diketahui khalayak, adalah partai yang dimotori pula tokoh sentral NTB TGB HM Zainul Majdi yang kini juga merupakan Ketua Umum Pengurus Besar NWDI, organisasi Islam dengan massa yang sangat besar di Bumi Gora.
Bagaimana dengan pengaruh Prabowo yang menggandeng Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres yang merupakan putra sulung Presiden Joko Widodo, apakah justru tidak akan menjadikan pemilih Jokowi pada Pemilu 2019 di NTB mengalihkan dukungan ke Prabowo-Gibran? Didu menjelaskan, pengaruh Gibran tidak akan terlalu signifikan di NTB. Sebab, sejak semula, perolehan suara Jokowi dalam Pemilu 2019 di NTB, tidaklah ditopang oleh figur Jokowi secara personal. Namun, berdasarkan kajian Mi6, suara Jokowi tersebut dihasilkan atas kinerja militan para kader dan mesin partai dalam hal ini PDI Perjuangan NTB. Sehingga Didu meyakini, suara Jokowi dalam Pemilu 2019, justru akan bulat ke pasangan Ganjar-Mahfud.
”Jangan lupa juga, dalam Pemilu 2019, masih ada 751.370 pemilih yang golput, yang tidak menggunakan hak suaranya. Hasil kajian Mi6, justru pasangan Ganjar-Mahfud yang paling getol menyasar mereka agar dalam Pemilu 2024 menggunakan hak pilih untuk pasangan Ganjar-Mahfud,” tandas Didu.
Selain preferensi, perubahan signifikan juga terjadi dari sisi demografi. Untuk pertama kali dalam sejarah, dalam Pemilu 2024 di NTB, jumlah pemilih muda akan begitu dominan karena mencapai 2,1 juta atau setara dengan 54 persen dari total jumlah pemilih.
Didu menegaskan, perubahan dalam demografi pemilih dapat memengaruhi strategi kampanye. Sebab, dalam hal ini, kontestan Pilpres perlu lebih memperhatikan kelompok pemilih tertentu. Dengan cara itu kata Didu, kesadaran pemilih bakal meningkat. Dan lagi-lagi, berdasarkan kajian Mi6, pasangan Ganjar-Mahfud sudah selangkah lebih maju dalam hal ini dibanding kandidat lainnya.
Aktivis senior Bumi Gora ini pun menjelaskan, bagaimana perubahan demografi tersebut akan diikuti pula dengan strategi kampanye. Seiring dengan dominannya pemilih milenial dalam Pemilu 2024 di NTB, maka kampanye kandidat dituntut lebih aktif menggunakan platform teknologi untuk berkomunikasi langsung dengan pemilih, menyampaikan pesan kampanye, dan merespons cepat terhadap isu-isu yang berkembang.
”Sudah sangat pasti, Pemilu 2024 bakal melibatkan penggunaan teknologi kampanye yang lebih canggih, seperti analisis data yang mendalam, pemilihan cerdas, dan penggunaan kecerdasan buatan untuk memahami preferensi pemilih dan merancang strategi kampanye yang lebih efektif,” tandas Didu.