20.6 C
Lombok

Jejak Tegas Ir. Syarifuddin, M.Si: Denyut Pertama dan Warisan Abadi Sosiologi Unram

Published:

Oleh: H. Abdul Ali Mutammima Amar Alhaq / Alumni Sosiologi Universitas Mataram – Mahasiswa Pascasarjana Hukum Keluarga Islam UIN Mataram

Dalam setiap sejarah, selalu ada nama yang menjadi penanda awal sebuah perjalanan. Bagi Program Studi Sosiologi Universitas Mataram, nama itu adalah Ir. Syarifuddin, M.Si. Beliau bukan sekedar pengajar, melainkan figur yang memiliki suara lantang, sikap tegas, dan perhatian tulus. Kini masa pengabdiannya berakhir, namun jejak yang beliau tinggalkan akan terus hidup, denyut pertama yang menghidupkan Sosiologi Unram sekaligus warisan abadi yang dikenang generasi demi generasi.

Sebelum Sosiologi berdiri, beliau telah mengabdikan diri sebagai dosen Pertanian di Universitas Mataram. Latar belakang keilmuannya unik, seorang insinyur yang kemudian menekuni ilmu sosial dan meraih Magister Sosiologi di Institut Pertanian Bogor. Perpaduan disiplin teknik dan kepekaan sosial inilah yang membuatnya berbeda. Beliau terbiasa berpikir sistematis, tetapi juga cekatan membaca dinamika masyarakat. Sejak awal, gaya mengajarnya dikenal khas, disiplin, lugas, berani menyuarakan kebenaran, dan tulus menjaga rumah pengabdian yang dicintainya.

Program Studi Sosiologi Universitas Mataram resmi berdiri pada 3 Juni 2014 melalui SK Kemendikbud No. 132/E/O/2014. Saat itu, Sosiologi masih merangkak, ibarat bayi yang baru belajar berjalan. Kurikulum harus disusun dari nol, sistem administrasi perlu dirintis, dan arah pengembangan keilmuan belum jelas.

Dalam situasi penuh tantangan itu, Ir. Syarifuddin dipercaya sebagai Ketua Prodi pertama. Keputusan itu bukan sekadar administratif, melainkan pengakuan atas kapasitas dan integritasnya. Di bawah kepemimpinannya, Sosiologi Unram mulai menata fondasi: menyusun kurikulum awal, menyiapkan akreditasi, merapikan administrasi, hingga memperkenalkan wajah akademik Sosiologi kepada publik. Tegasnya kepemimpinan beliau memastikan Sosiologi hadir dengan jati diri, bukan sekedar pelengkap di dunia akademik.

Di mata mahasiswa, Ir. Syarifuddin dikenal dengan suara lantang yang menggema di ruang kuliah. Suara itu bukan sekedar teguran, melainkan cara membangunkan kesadaran agar mahasiswa benar-benar serius menapaki jalan akademik.

Penulis yang menempuh studi 2018–2022, merasakan langsung bimbingannya sebagai dosen pembimbing akademik. Setiap kali bertemu, beliau menekankan tanggung jawab, bukan hanya soal nilai, tetapi juga kesadaran menjadi mahasiswa sosiologi yang kritis dan berkarakter.

Banyak mahasiswa awalnya segan, bahkan takut ketika mendapat peringatan beliau. Namun waktu membuktikan, ketegasan itu adalah bentuk perhatian. Ia membentuk generasi dengan pagar disiplin agar tidak kehilangan arah. Dari situlah kami belajar bahwa cinta seorang guru bisa hadir dalam keberanian bersikap tegas.

Ketegasan beliau tidak berhenti di ruang kuliah. Himpunan Mahasiswa Sosiologi (Himasos Unram) merasakan langsung prinsip yang beliau pegang. Tidak mudah memperoleh izin kegiatan di luar kampus. Saat itu banyak mahasiswa merasa dibatasi, tetapi belakangan kami paham, beliau bukan menolak semangat, melainkan mengarahkan energi pada kegiatan relevan dengan keilmuan sosiologi.

Beliau mendorong seminar, forum akademik, dan diskusi ilmiah sebagai jalan memperkuat posisi Sosiologi Unram. Dari sikap ini kami belajar, seorang pendidik bukan hanya memberi ruang, tetapi juga tahu kapan harus menahan, agar langkah mahasiswa tetap pada jalurnya.

Ketika H. Rosiady Husaenie Sayuti, M.Sc., Ph.D. kembali dari birokrasi Provinsi NTB dan dipercaya memimpin Prodi Sosiologi, Ir. Syarifuddin bergeser menjadi Sekretaris Prodi. Namun jabatan baru itu tidak mengurangi kontribusinya. Justru di posisi ini ia semakin giat menggerakkan administrasi, mendampingi mahasiswa, dan menopang visi akademik.

Inilah ciri khas beliau, jabatan boleh berganti, tetapi dedikasi tidak pernah surut. Ia tidak terikat pada kursi, melainkan pada panggilan hati untuk mengabdi. Baginya, yang utama adalah keberlangsungan Sosiologi Unram dan perkembangan anak didiknya.

Kini, ketika beliau resmi purna tugas, mungkin suara lantangnya tak lagi terdengar di ruang kuliah. Namun warisan yang ditinggalkan tidak hilang. Warisan itu bukan sekedar kurikulum atau dokumen akreditasi, melainkan nilai hidup yang membentuk generasi, integritas, disiplin, tanggung jawab, dan keberanian menjaga arah.

Nilai itu kini dibawa para alumni ke ruang masyarakat yang lebih luas. Warisan tersebut tidak tercatat di arsip resmi, tetapi terpatri dalam hati kami yang pernah ditempa olehnya.

Bagi kami alumni, kenangan bersama beliau kerap hadir. Suara lantang yang dulu membuat waspada, kini justru menimbulkan rindu. Rindu pada petuah yang membangunkan kesadaran, rindu pada sikap yang menuntun langkah. Kami bersyukur, karena tanpa ketegasan beliau, mungkin kami tidak pernah belajar arti disiplin, tanggung jawab, dan arah hidup yang jelas.

Seorang alumni pernah berkata, “Bapak selalu hadir di masa krisis saya selama kuliah. Meski sering membentak, justru itu yang membuat saya lulus. Saya ingat ketika selesai sidang akhir, bapak menghampiri, menanyakan bagaimana jalannya sidang. Di balik kerasnya, beliau banyak membantu mahasiswa.”

Kisah sederhana itu menyingkap wajah sejati ketegasan beliau, keras di luar, penuh perhatian di dalam. Itulah cinta seorang guru yang menjaga, membentuk, dan mendorong anak didiknya agar tidak menyerah.

Terima kasih, Pak Ir. Syarifuddin. Jejak tegasmu adalah denyut pertama yang membuat Sosiologi Unram berdiri, dan warisan abadi yang akan terus hidup. Suara itu mungkin tak lagi terdengar di kelas, tetapi gema dan maknanya akan selamanya hidup dalam sejarah dan ingatan setiap alumni.

Kini ketika Sosiologi Unram melangkah menatap masa depan, kami sadar ada pondasi yang telah engkau letakkan dengan kerja keras dan ketulusan. Engkau tidak hanya menulis bab awal, tetapi juga menanamkan nilai yang membuat setiap halaman berikutnya tetap kokoh.

Dan bila suatu hari nama Sosiologi Unram dikenal luas, kami paham: di balik itu ada denyut pertama yang engkau tetapkan, ada arah yang engkau jaga, ada warisan yang engkau tinggalkan. Warisan itu akan kami rawat agar terus hidup, bertumbuh, dan memberi makna.

Terima kasih, Ir. Syarifuddin, M.Si.

Febriga
Febriga
Redaktur Pelaksana Barbareto.com

Related articles

Recent articles