Mataram, Barbareto – Ajang debat perdana Pilkada Nusa Tenggara Barat (NTB) 2024 sudah dilangsungkan oleh KPU. Di mana, ketiga calon telah menyampaikan visi misi serta gagasannya.
Bahkan tak jarang ketiga calon melempar pertanyaan-pertanyaan yang terkesan menyerang.
Seperti halnya Paslon 03 Iqbal-Dinda. Lalu Iqbal beberapa kali menyentil soal Meritokrasi dalam pemerintahan.
Di mana menurut dia, penempatan pejabat saat ini masih belum pada status profesional.
Pengamat Politik UIN Mataram, Dr Ihsan Hamid, menanggapi hal itu sebagai serangan yang diberikan 03 kepada 02 dan 01. Pasalnya Zul dan Rohmi sebelumnya menjadi pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur NTB.
“Beberapa kali memang Paslon 03 ini memberikan tembakan soal Meritokrasi. Namun itu yang dilupakan Iqbal, mestinya ketika bicara itu, pasangannya ini diduga masih jauh dari kata Meritokrasi,” kata Ihsan.
Lanjut Ihsan, harusnya Iqbal bisa memahami terkait hal tersebut. Sehingga apa yang menjadi tembakannya, malah mengenai diri sendiri.
“Jangan sampai apa yang ditembak malah kena diri sendiri. Jadi mereka harusnya berbicara sebagai satu kesatuan menjadi pasangan,” ujarnya.
Meski demikian, diakuinya dari sisi Iqbal, Meritokrasi itu sudah sangat ditunjukkan.
“Kalau Iqbal si sangat menunjukkan hal itu. Tapi wakilnya gimana? Saya kira bisa saja jadi benalu,” tandasnya.
Di sisi lain, Ihsan melihat ajang debat kemarin secara tekhnis tidak ada keleluasaan. Dari enam segmen masing-masing Paslon belum bisa banyak berbicara program.
“Nah ini yang sebabkan calon merasa tertekan. Setidaknya kalau mengacu PKPU 163 itu, akumulasi debat kan 150 menit. Saya melihat Paslon tidak happy karena dikejar waktu,” ucapnya.
Sehingga, ke depan dalam debat berikutnya, ia berharap agar tim perumus dapat melakukan perpanjangan terhadap waktu debat.
Berita lainnya klik di sini