barbareto.com | Badung – Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) menggelar hajatan organisasi untuk memilih Ketua Umum periode 2021-2024. Munas XVI IAI digelar di Kuta Bali mulai 27-29 Oktober 2021. Acara akan dibuka oleh Menteri PUPR Basuki Hadimuljono pada Rabu, 27 Oktober 2021 siang.
Ketua Panitia Pemilihan (Panlih) Munas XVI IAI Don Ara Kian mengungkapkan, ada tiga kandidat Ketua Umum yang bakal bertarung. Ketiga kandidat yakni, Georgius Budi Yulianto (Jawa Barat), Ahmad Saifudin Mutaqi (Yogyakarta) dan I Ketut Rana Wiarcha (Singaraja, Bali).
“Ketiga kandidat ini mendapatkan e-vote tertinggi dari penjaringan sebelumnya sebanyak 7 orang,” kata Don Ara Kian di Kuta, Bali, Selasa, 26 Oktober 2021.
Verifikasi Kandidat Ketua Umum IAI dilakukan oleh Majelis Organisasi (MO). Enam topik yang menjadi fokus dalam verifikasi antara lain, organisasi, pranata dan keprofesian, Hubungan antar lembaga, hukum dan perundang-undangan, komitmen sebagai Ketua Umum, pendidikan arsitektur serta arsitektur, budaya, lingkungan dan pengguna jasa.
Baca juga : Kementerian PUPR Terus Bangun Infrastruktur di Mandalika Lombok Tengah
Jumlah anggota aktif Ikatan Arsitek Indonesia baru mencapai 21.000 orang. Dari dari jumlah tersebut, baru 8.000 orang melakukan sertifikasi data tahun 2020. Sebaran kepengurusan merata di 34 Provisi, 6 wilayah dan 1 perwakilan di Singapura.
Sekretaris Jenderal IAI Ariko Andikabina menambahkan, sebagai organisasi profesi, IAI menunjukan eksistensi sebagai sebuah organisasi profesi yang kapabel.
Hadirnya Undang-Undang Nomor 6 tahun 2017 tentang Arsitek merupakan berkah yang menaungi seluruh sejawat arsitek Indonesia. Karena profesi arsitek dan praktik arsitek akhirnya mendapat pengakuan negara.
“Ini menjadi tonggak yang penting bagi kelangsungan organisasi dalam memikirkan profesi arsitek Indonesia,” jelas Ariko.
Dengan UU Arsitek itu, IAI memiliki harapan besar bahwa profesi arsitek tidak saja dipandang sebagai orang yang memiliki ketrampilan dalam membuat perancangan dan desain sebuah bangunan. Tapi hasil karya para arsitek dapat menjadi tanda sebuah peradaban suatu jaman.
“Sehingga ada paradigma baru tentang arsitek bagaimana peran arsitek Indonesia bukan hanya di dalam negeri tapi juga di luar negeri,” ujarnya. (**)