Mataram, Barbareto – Rumah Moderasi Beragama (RMB) Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram menghadirkan ruang dialog kritis melalui kegiatan Seminar KoPITol #1 dengan tema “Moderasi Beragama, Mahasiswa dan Wajah Demokrasi Kita” dihadiri oleh Rektor UIN Mataram Prof. Dr. H. Masnun, M.Ag., Ketua RMB UIN Mataram Apipuddin, S.H.I.,LL.M., dan segenap pengurus RMB UIN Mataram, menghadirkan narasumber Prof. Dr. Muhammad Harfin Zuhdi, M.A., selaku Dekan Fakultas Syariah UIN Mataram dan Imam Edy Asyhari, M.H., selaku Mahasiswa Doktoral di Universitas Brawijaya Malang bersama moderator Ma’sun Ahmad, M.H., selaku PKBH UIN Mataram, peserta dari kalangan mahasiswa UIN Mataram sebanyak 100 orang bertempat di Ruang Theater Perpustakaan Lt. 2 UIN Mataram.
Kegiatan ini menjadi wadah reflektif bagi mahasiswa untuk memahami hubungan erat antara nilai-nilai moderasi beragama dengan dinamika demokrasi yang tumbuh di Indonesia.
Dalam sambutannya, Apipuddin, S.H.I.,LL.M., melalui kegiatan ini, mahasiswa berperan sebagai katalisator penguatan moderasi beragama, merupakan kaum intelektual dalam hal menyampaikan aspirasi dengan nalar kritis namun tanpa anarkis.
Beliau menegaskan disitulah peran RMB UIN Mataram memastikan bahwa mahasiswa boleh bersikap kritis namun tidak boleh bersikap anarkis, harus disampaikan dengan khidmat, menjaga lisan agar tidak menciderai hati orang lain, tidak merusak sarana prasarana publik. Beliau juga berharap kegiatan ini dapat menjadi bekal mahasiswa untuk berperan dan dapat menebar hal-hal positif di tengah Masyarakat.

Sambutan Rektor UIN Mataram Membuka Seminar KoPITol #1 Rumah Moderasi Beragama
Selanjutnya, Rektor UIN Mataram, Prof. Dr. H. Masnun, M.Ag., dalam sambutannya tema kegiatan hari ini sangat menantang dan kontekstual berkaitan dengan keterlibatan dan peran mahasiswa terhadap masa depan demokrasi negara.
Beliau melanjutkan, pentingnya semangat kebangsaan yang berpijak pada nilai-nilai Pancasila di tengah keberagaman suku, ras, dan agama di Indonesia. Ia menekankan bahwa identitas lokal tidak seharusnya dilepaskan, melainkan menjadi kekuatan yang memperkaya karya dan kontribusi generasi muda, khususnya mahasiswa
Disamping itu, Prof. Dr. H. Masnun, M.Ag., menekankan dengan tagline UIN Mataram: Cendekia, Terbuka, dan Unggul, mahasiswa diharapkan mampu berpikir moderat, menghargai sesama makhluk hidup dengan empati dan simpati, serta menampilkan keunggulan dalam aspek moralitas, spiritualitas, intelektualitas, dan pengabdian sosial.
Dalam kesempatan ini, narasumber pertama, yakni Prof. Dr. Muhammad Harfin Zuhdi, M.A., menyampaikan materi dengan tema “Pentingnya Semangat Belajar dan Berpikir Kritis yang Beradab di Kalangan Mahasiswa”, beliau menegaskan bahwa pepatah “Belajarlah sampai ke negeri Cina” bukan hanya ajakan untuk menuntut ilmu sejauh mungkin secara geografis, tetapi juga sebuah simbol semangat intelektual yang melampaui batas budaya, pemikiran, dan zaman. Mahasiswa, kata beliau, harus memiliki etos belajar tinggi, terbuka terhadap perbedaan, serta adaptif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan global tanpa kehilangan akar nilai lokal dan spiritualitasnya.
Lebih lanjut, Prof. Dr. Muhammad Harfin Zuhdi, M.A., mengingatkan bahwa berpikir kritis merupakan ciri utama insan akademis, namun harus diiringi dengan sikap santun dan konstruktif.
“Kritis bukan berarti anarkis. Mahasiswa perlu berani mengemukakan pendapat, tetapi dengan dasar etika, ilmu, dan tanggung jawab sosial. Kritik yang membangun akan melahirkan perubahan, sedangkan kritik yang destruktif justru merusak tatanan nilai itu sendiri,” ujarnya.
Kemudian Narasumber Kedua, Imam Edy Asyhari, M.H., menegaskan bahwa fungsi kontrol tidak hanya dimiliki oleh lembaga-lembaga formal negara seperti aparat penegak hukum, tetapi juga melekat pada peran moral dan intelektual mahasiswa.
“Mahasiswa memiliki kekuatan besar sebagai pengontrol sosial – mereka adalah mata dan hati nurani bangsa. Ketika sistem negara lengah, mahasiswa hadir untuk mengingatkan, mengawasi, dan menyuarakan kebenaran,” ujarnya.
Lebih lanjut dijelaskan, beliau menjelaskan bentuk kontrol mahasiswa dapat diwujudkan melalui gerakan intelektual yang kritis, edukatif, dan berbasis etika. Mahasiswa diharapkan tidak hanya mengkritik, tetapi juga memberi solusi serta menjadi teladan dalam perilaku akademik dan sosial agar tidak melahirkan kejahatan, baik dalam bentuk korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, maupun penyimpangan moral di lingkungan kampus dan masyarakat.
“Kontrol sosial mahasiswa seharusnya tidak dilakukan dengan cara destruktif atau anarkis, tetapi melalui nalar yang sehat, argumentasi yang kuat, dan aksi yang beretika. Itulah wujud nyata tanggung jawab moral dan intelektual yang diamanahkan kepada generasi muda,” tambah Imam.
Berita lainnya klik disini