barbareto.com | Lombok Timur – Program 10 juta sapi yang dicanangkan oleh Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Nusa Tenggara Barat (NTB) ternyata belum terealisasi hingga saat ini.
Akibatnya, beberapa warga asal Kecamatan Selong yang sudah mendaftar untuk mendapatkan program tersebut mengaku kesal. Bahkan kandang sapi yang sudah dibuat secara kolektif akhirnya dibongkar dengan alasan sapi tak kunjung datang.
Dikutip dari Ditswara.com, selaku pemilik kandang Amaq Sinemah mengatakan, kandang sapi tersebut berukuran 5×3 meter. Dan dibangun di atas tanah seluas 1,5 are, serta menghabiskan biaya sekitar 1,5 juta.
“Kandang ini hampir delapan bulan kami buat, namun bantuan penggemukan itu tidak kunjung datang. makanya saya putuskan untuk merobohkan kandang ini,” ucap Amaq Sinemah pada Senin kemarin. (8/6/21)
Ia mengaku, awalnya lokasi pembuatan kandang tersebut akan dibangun rumah. Namun karena dijanjikan program 10 juta sapi, maka Ia mengalihkan fungsi lahan itu untuk membuat kandang sapi.
“Disini (kandang – red) kami berdua, kami dijanjikan sama-sama sepasang, jadi kami sama-sama dua ekor, tapi sampai sekarang sapinya belum datang, makanya saya rusak dan jadiin atap gudang traktor,” paparnya.
Amaq Sinemah juga pernah mencari informasi lanjutan terkait program tersebut, namun tidak mendapatkan kejelasan dari pihak yang telah menginformasikan program.
Maka dari itulah, Ia bersama rekan-rekan lainnya yang sudah dijanjikan 10 juta sapi dari HKTI, berharap program tersebut segera terlaksana. Supaya tidak mengecewakan masyarakat yang telah dijanjikan mendapatkan program tersebut.
Terpisah, Sekretaris DPD HKTI NTB Iwan Setiawan menjelaskan, program 10 juta sapi tersebut sudah dalam tahap administrasi. Ia menjamin program tersebut akan segera terealisasi.
Alasan pandemi Covid-19 juga menurutnya sangat mempengaruhi realisasi program tersebut. Karena itu juga menjadi kendala sampai dengan saat ini.
“Pengurusan administrasinya sudah clear, tugas-tugas kami di HKTI Lotim juga sudah selesai, program itu kan dari Australia bekerjasama dengan kementerian. Kalau di luar itu, di luar kewenangan kita,” kata Iwan.
Saat ini terdapat 25 ribu kelompok ternak sapi yang sudah mendaftar ke HKTI NTB untuk mendapatkan program tersebut. Dengan jumlah anggota yang berbeda-beda, dari dua sampai dengan sepuluh orang perkelompok. Nantinya jumlah sapi yang akan didapat oleh peternak sesuai dengan jumlah anggota perkelompok.
“Target kita 25.000 ekor perkirim untuk Lotim. Tapi kita tahu saat ini, Haji saja dilarang apalagi Impor sapi. Mudahan semua ini cepat membaik, agar program ini bisa cepat terealisasi,” bebernya.
Untuk memastikan sapi yang akan di impor, pihaknya saat ini akan mengirim 15 orang dokter hewan ke Australia untuk mengecek kesehatan sapi-sapi tersebut.
Sementara menunggu realisasi dari program 10 juta sapi, Iwan telah bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Lotim untuk penambahan kuota Kredit Usaha Rakyat (KUR) sapi, dan memprioritaskan warga yang sudah mempunyai kandang.
Suubsidi bunda dari KUR itu nantinya ditanggung oleh pemerintah pusat, bukan lagi ditanggung oleh pemerintah daerah.
“Tidak ada yang sia-sia, kalau ada masyarakat yang sudah membuat kandang jangan dirusak dulu. Nanti yang sudah membuat kandang akan menjadi prioritas kita,” himbau Iwan. (gok)