20.2 C
Lombok

Tangkapan Sepi, Nelayan Bunutan Kelimpungan

Published:

- Advertisement -

BARBARETO.com | Hasil tangkapan nelayan di desa Bunutan Abang, Karangasem sepi. Sementara BBM yang dihabiskan harganya justru naik alias semakin mahal.

Nelayan saat ini memang masih menggunakan pertalilite. Sekalipun harga di SPBU tidak naik namun di tingkat eceran mengalami sedikit kenaikan, karena pertalite langka.

Menurut salah satu nelayan setempat I Nyoman Karya (56), musim ini ikan agak sulit. Namun demikian tetap ada.

“Biasanya tongkol,” ujarnya.

Hanya saja sejak sebulan lalu tangkapan tidak pernah sampai 100 ekor.

Dia mengaku sekali melaut terkadang berdua untuk diajak membantu naik jaring. Namun sering juga sendiri. Hal ini sudah biasa dia lakukan ketika melaut. Karya sendiri mengaku sudah melaut atau jadi nelayan sejak SD kelas IV.

Baca Juga :  Prihatin Dengan Masalah Sampah, Mahasiswa FH Unud Pelopori Pemasangan Jaring Sampah di Sungai

Dirinya berharap pemerintah bisa membantu subsidi BBM sekalipun sudah ada subsidi BBM dari pusat

Karena penghabisan BBM terkadang tidak memenuhi dan nelayan kerap merugi.

“Kalau memungkinkan subsidi BBM tambahan dari Pemkab Karangasem,” ujarnya.

Baca juga : Nelayan di Bunutan Jatuh Dari Perahu Akibat Cuaca Buruk

Sekali turun bisa menghabiskan tujuh liter sementara harga per liter di eceran Rp. 10 ribu. Harga naik karena membali di eceran. Untuk membeli di SPBU tidak bisa menggunakan jerigen.

Ditanya soal rumpon apa bisa membantu nelayan?. Diakui Karya tidak banyak membantu karena rumpon yang dibuat ternyata tidak juga bisa mengundang banyak ikan. Salah satu solusi untuk menaikkan tangkapan adalah harus melaut lebih jauh. Dengan menggunakan jukung kecil tentunya tidak akan sanggup.

Baca Juga :  Moscow State University Jajaki Kerjasama Penelitian Limbah Pertanian dan Peternakan Dengan Pemkot Denpasar

Sementara untuk jukung sendiri cukup bagus karena sudah kerap dibantu pemerintah.

Untuk kapal besar yang memancing di areal nelayan diakui juga tidak ada. Langkanya ikan memang karena alam. Untuk menggunakan kapal besar nelayan tidak mampu karena perlu pelatihan.

Sementara untuk musim ikan biasanya terjadi saat sasih kapat dan kelima (bulan Bali, red).

Untuk hasil tangkapan ikan sekarang ini langsung dijual ke pengepul. Hanya saja kerap dimainkan tengkulak. Begitu tangkapan banyak harga malah anjlok. Nelayan berharap bisa ada intervensi pemerintah ketika banyak tangkapan harga tetap stabil sehingga nelayan tidak dirugikan.

Dirinya berharap ada koperasi nelayan yang bisa membantu sehingga harga ikan tidak dimainkan. tra

- Advertisement -
Febriga Rifky
Febriga Rifkyhttps://barbareto.com
Informatif dan Menginspirasi

Related articles

Recent articles