Oleh : Dr. Fauzan Fuad, M.Pd.
Dulu Almagfurlah Maulanasyaikh TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid pernah menyampaikan di pengajian Ma’had, “Arak kamus lekaq no taok ne lek Bermi, Abu Mukminah aran ne (Ada kamus berjalan di Bermi, namanya Abu Mukminah, red)”.
Alhamdulillah, ketika kuliah di Universitas Udayana Bali, saat berlibur saya silaturrahmi ke Abu Mukminah atau TGH. Abdul Manan Bermi, dia paman, anak saudaranya kakek.
Bertemu dengan beliau tak terasa sedang bertemu orang yang disebut kamus berjalan oleh Almagfurlah Maulanasyaikh. Karena kesederhanaan beliau. Beliau tidak bisa memakai celana panjang, sehingga ketika ada kewajiban memakai celana bagi para guru, beliau mengundurkan diri mengajar, fokus mengajar di rumah dan mengisi pengajian-pengajian keliling di tengah-tengah masyarakat.
Begitu bertemu beliau menanyakan keluarga, ibu saya ditanyakan pertama, karena bermisan, baru beliau menanyakan Bapak dan keluarga lain.
Tiba-tiba beliau menerawang, seperti mau menceritakan sesuatu. Beliau berkata, “Inget eku laek, kemi berujan-ujan dengan telu, masih bekelombas, leguk wah begak blek te. Eku, ninik epe H. Najamuddin, tangket H. Dahmuruddin. Klek ne kemi sik Datok Majid. Ngene ongkat ne, we kanak mek pade ngeji laun ah, wah alim segef, gen ne ulek lekan Mekkah (ingat saya dulu, saat sedang main hujan-hujan bertiga. Saya, kakekmu h Najamuddin, dan H. Dahmuruddin. Datuk Abdul Majid mengatakan he anak-anak nanti kalian ngaji ya, segef sekarang sudah alim, dia akan segera pulang dari Mekkah, red)”.
Ya, mereka bertiga itulah murid pertama Almagfurlah Maulanasyaikh. Kebetulan kakek saya yang tertua dari ketiga anak-anak yang sedang main hujan-hujan anak itu. Jadilah kakek saya, TGH. Najamuddin Bermi sebagai murid dengan nomor induk satu. Saya lupa menanyakan ke beliau, siapa diantara keduanya, TGH. Abdul Manan atau TGH. Dahmuruddin Mursyid no induk dua atau tiga.
TGH. Najamuddin Bermi, semasa hidupnya berkeliling mengajar di Pengajian Umum sampai ke-25 desa di Lombok Timur menggunakan dokar. Disamping itu juga menjadi penghulu Distrik dari Rarang sampai Labuhan Haji. Dr. TGH. Najmul Akhyar, mantan Bupati dan Wakil Bupati Lombok Utara juga adalah salah satu cucu beliau.
Dua cucu dari TGH. Abdul Manan adalah Dr Fathurrahman Mukhtar, dosen UIN Mataram, dan Dr. Abdul Latif dosen Universitas Hamzanwadi.
Di antara anak TGH. Dahmuruddin Mursyid adalah Dra. H. Saifunnasri, mantan kabid di kemenag Propinsi NTB, dan Dr. TGH. Salimul Jihad, MA., dosen UIN Mataram.
Semoga beliau bertiga mendapatkan tempat terbaik di sisi ALLAH SWT, ngiring Almagfurlah dari dunia sampai akherat.