Tokoh Sentral dan Mesin Partai
Di sisi lain, perbedaan lanskap Pemilu 2024 dengan Pemilu 2019 terlihat jelas dari perubahan signifikan dalam hal aliansi partai. Tak bisa ditampik, dinamika politik kata Didu sudah pasti mengalami pergeseran akibat kemunculan aliansi baru tersebut. Dan dalam banyak pengalaman di berbagai negara, hal tersebut justru memunculkan dan melahirkan pemimpin baru.
Kemunculan aliansi baru, juga akan selalu identik dengan munculnya tokoh-tokoh sentral dalam hal arah dukungan mereka kepada kandidat tertentu dalam Pilpres. Didu mengungkapkan, Mi6 melihat bagaimana pasangan Ganjar-Mahfud sudah sangat menyadari hal ini sehingga terlihat aksi nyata mereka dalam hal membangun dan membentuk aliansi dengan tokoh-tokoh lokal dan mendapatkan dukungan dari partai politik yang sudah pasti berkontribusi besar dalam memperkuat basis politik pasangan ini di NTB.
Yang tidak boleh dilupakan kata Didu, adalah bagaimana NTB merupakan provinsi yang memiliki keragaman budaya dan agama. Karena itu, bergabungnya sejumlah ulama dan pemimpin-pemimpin keagamaan dan Ormas Islam di NTB dalam barisan Ganjar-Mahfud, sudah pasti akan juga memberikan dampak yang signifikan pula.
”Mungkin ada pihak yang akan bilang, pengaruh tokoh agama tertentu di NTB tidak akan signifikan. Tapi, kajian Mi6 justru menunjukkan sebaliknya. Bahwa jika tokoh-tokoh panutan umat tersebut bisa berada dalam satu barisan, maka itu memastikan kandidat tersebut telah meraih dukungan kunci,” tandas Didu.
Dalam hal ini, Mi6 juga melihat bagaimana tokoh-tokoh kunci di partai-partai utama yang menjadi motor penggerak penyokong kandidat Capres dan Cawapres dalam Pilpres 2024, sudah sangat jauh berbeda dibanding Pemilu 2019. Tokoh-tokoh utama tersebut, bahkan dalam Pemilu Serentak 2024, tidak lagi ikut bertarung. Dan hal ini, justru banyak menimpa Partai Gerindra yang menjadi motor penggerak utama Prabowo Subianto. Didu mengungkapkan, kehilangan sosok H Bambang Kristiono tak bisa ditampik, akan memberi dampak besar terhadap perolehan suara Gerindra, yang juga diyakini berimbas kepada suara Prabowo dalam Pilpres.
Sementara pada saat yang sama, tokoh-tokoh sentral di pasangan Ganjar-Mahfud justru masih sangat aktif, dan kian intens dalam hal bergerak dan solid memenangkan pasangan ini di NTB.
”Mendapati tokoh-tokoh sentral seperti H Rachmat Hidayat, TGB HM Zainul Majdi, dan H Muzihir dalam satu barisan yang menyokong pasangan Ganjar-Mahfud di NTB, akan melawan akal sehat jika mengatakan kalau mereka tidak akan memberi pengaruh besar terhadap potensi keunggulan pasangan Ganjar-Mahfud di NTB,” tandas Didu.
Demikian halnya dengan mesin partai. Didu menegaskan, kinerja PDI Perjuangan di bawah komando H Rachmat Hidayat dalam memberdayakan dan melayani masyarakat NTB secara terus menerus, akan memberikan dampak besar selain kepada PDI Perjuangan, juga terhadap kandidat Capres yang didukung PDIP.
Didu bahkan mengungkapkan, bagaimana seorang Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Mataram memberi penilaian kepada PDI Perjuangan yang telah memberi perhatian begitu besar kepada Pondok Pesantren, masjid, dan juga kepada hal-hal yang berkaitan langsung dengan kepentingan umat Islam, telah menjadikan PDIP di NTB, sudah melebihi apa yang dilakukan partai-partai yang justru mengidentikkan diri sebagai partai berbasis Islam.
Tapi, tentu saja, ke depan, dinamika politik masih akan terus terjadi. Karena itu, kata Didu, akan butuh effort besar agar pasangan Ganjar-Mahfud bisa terus menjaga keunggulan yang diprediksi Mi6 masih tipis. Apalagi, kandidat lain tentu tak akan berdiam diri.
”Kabar gembiranya, dalam keunggulan yang tipis akan selalu terletak kekuatan kepercayaan rakyat. Ini menandakan bahwa setiap satu suara akan memiliki dampak yang signifikan,” tandas Didu.
Follow kami di Google News