21.3 C
Lombok
Kamis, Juni 26, 2025

Buy now

Sikapi Pro Kontra Pengolaan Sampah, Ketua DPRD Turun ke TPA

barbareto.com | Amlapura – Pro kontra terkait pembagunan TPA du Desa Bhuana Giri Bebandem menjadi perhatian Ketua DPRD Karangasem I Wayan Suastika. Pria asal selat ini Selasa (6/7/2021) turun ke lokasi rencana pengelolaan sampah tersebut. DPRD Karangasem ingin tahu dari dekat kondisi disana. Sekaligus mendengar aspirasi masyarakat terkait rencana investor membagun tempat pengolahan sampah.

Ketua Dewan di dampingi Kadis Lingkungan Hidup Gede Ngurah Yudiantara dan sejumlah Anggota Dewan. Untuk diketahui TPA tersebut di sanding Desa Adat Butus, Desa Adat Nangka dan Desa Adat Komala.

Sikapi Pro Kontra Pengolaan Sampah, Ketua DPRD Turun ke TPA

Untuk diketahui memang diperlukan adanya pengelolaan sampah di dekat TPA Lingasana tersebut. Karena selama ini tumpukan sampah banyak tidak dikelola dengan baik.

Namun demikian aspirasi masyarakat tetap menjadi pertimbangan. Kedatangan Dewan ke lokasi adalah untuk menyerap aspirasi masyarakat sekitar terkait pro kontra tempat pengolahan sampah tersebut.

Sikapi Pro Kontra Pengolaan Sampah, Ketua DPRD Turun ke TPA

“Kita turun untuk melihat kondisinya seperti apa,” ujar Suastika.

Untuk diketahui total sampah di Karangasem yang di drop ke TPA Butus mencapai 60 sampai 70 ton perhari.

Soal sampah memang harus mendapat perhatian khusus. Kalau tidak bukan tidak mungkin akan menimbulkan masalah di kemudian hari. Sementara terkait adanya keinginan investor atau pihak ketiga yang akan mengelola sampah, menurut Suastika sendiri itu lain soal. Yang jelas semuanya harus disosialisasikan dengan baik.

Sementara itu Kadis Lingkungan Hidup Gede Ngurah Yudiantara alias Dodek mengakui sesuai kajian pengolahan sampah di TPA Butus dengan cara Solid Recover Fuel (SRF). Dimana sampah diolah menjadi bahan bakar padat seperti briket batubara. Pengolahan sendiri dilakukan dalam ruangan tertutup.

Menurut Dodek melihat volume sampah dan daya tampung TPA yg terbatas, pembangunan atau sistem pengolahan sampah dengan SRF sangat di butuhkan. SRF nantinya bisa mengolah sampah 200 ton perhari. Ini termasuk karet dan ban serta plastik. Hanya besi dan kaca yang dipisahkan.

Kalau ini dilakukan hanya dalam waktu 1 setengah bulan sampah di TPA Butus akan habis. Sementara Ngurah Subrata salah satu tokoh masyarakat Nangka mengatakan, kalau sudah dilakukan sosialisasi. Dan saat itu masyarakat pendamping Butus, Nangka dan Komala tidak ada masalah.

Malah masyarakat ingin sapah di TPA Butus agar segera dicarikan solusi. Selama ini bau menyengat dan limbah sampah dan sampah beterbangan saat angin dikeluhkan warga. Dengan tata kelola diharapkan tidak lagi ada masalah seperti itu.

“Kami sangat mendukung karena bisa mengurangi volume sampah di TPA,” ujarnya.

Malah warga disana mendesak kalau sampah tidak diolah mereka tidak akan lagi mengijinkan pemkab Karangasem membuang sampah di Butus.

- Advertisement -
Barbareto
Barbareto
Informatif dan Menginspirasi

Related Articles

Stay Connected

2,593FansSuka
120PengikutMengikuti
195PelangganBerlangganan

Latest Articles