barbareto.com | Mataram – Fenomena politisi NTB yang marak terjun langsung membina pengembangan olahraga secara profesional di Bumi Gora patut diapresiasi. Langkah tersebut dipastikan akan menjadikan industri olahraga NTB kian pesat. Sementara bagi politisi, olahraga juga menjanjikan insentif elektoral yang besar.
“Olahraga itu bisa menyempurnakan karir politik seseorang,” kata Bambang Mei Finarwanto, S.H., Direktur Lembaga Kajian Sosial dan Politik M16 di Mataram, Kamis (4/11/2021).
Didu, begitu Bambang Mei karib disapa mengemukakan, sudah banyak bukti bagaimana karir politik seseorang bisa melejit setelah terjun langsung membina pengembangan olahraga. Didu tak hendak menyebut satu persatu. Namun contoh nyata tak hanya di Indonesia. Tapi juga di luar negeri. Di Italia misalnya. Bagaimana Silvio Berlusconi, Presiden klub sepakbola ternama Negeri Pizza, AC Milan, bisa menapaki karir politik cemerlang hingga menduduki kursi Perdana Menteri Italia. Sementara di tanah air bagaimana sejumlah politisi mampu meraih kursi kepala daerah, atau duduk di lembaga legislatif di daerah hingga pusat, berkat keterlibatannya yang all out membina pengembangan olahraga.
Didu menegaskan, dirinya tak hendak mendorong politisasi olahraga. Justru sebaliknya. Dia hendak mendorong agar pengembangan olahraga di NTB kian bergairah, kian profesional, sehingga bisa menjadi industri, yang pada akhirnya akan memberi nilai tambah tinggi bagi daerah.
Baca juga : M16 Yakin Interpelasi Tak Akan Terealisasi
Para politisi mapan NTB yang notabene memiliki sumberdaya finansial, adalah salah satu pihak yang bisa memberi daya ungkit untuk mewujudkan hal tersebut. Sama seperti kalangan swasta dan para pengusaha yang juga memiliki daya ungkit serupa.
“Soal insentif elektoral, jangan dikhawatirkan. Hal itu pasti akan datang dengan sendirinya seiring dengan prestasi olahraga yang datang,” kata Didu.
Dia memberi contoh. Bagaimana seorang Nazaruddin Dek Gam, tokoh muda di Aceh, minim pengalaman politik, bisa membalikkan posisi dari semula tokoh yang tak diperhitungkan, kini malah terpilih menjadi Anggota DPR RI dengan perolehan suara yang signifikan. Padahal nomor urut yang diperoleh dalam Pemilu 2019 lalu bukanlah nomor urut yang diidamkan para politisi. Semua bermula dari pilihan Nazarudin yang terjun mengelola klub sepakbola Persiraja Banda Aceh.
Tangan dingin Nazaruddin menjadikan Persiraja promosi ke Liga 1, liga sepakbola kasta tertinggi di Indonesia. Persiraja pun kini tercatat sebagai klub sepakbola tanah air yang disegani. Padahal sebelumnya sudah berbilang tahun selalu berkutat di liga kasta terbawah. Persiraja pun menjadi buah bibir dan menghadirkan kebanggaan kolektif bagi warga Aceh.
Didu menerangkan, Nazaruddin tak ngoyo berkampanye saat Pileg 2019. Dia pun tak mempolitisasi Persiraja. Misalnya memanfaatkan klub dan para pemainnya yang diidolai publik di Tanah Rencong untuk berkampanye. Sebaliknya justru Nazarudin fokus dan menyibukkan diri meningkatkan prestasi klub. Hasilnya, para penggemar Persiraja memberi apresiasi dengan memilihnya saat Pileg berlangsung. Nazaruddin pun melenggang ke Senayan.
“Olahraga dan politik memiliki perbedaan habitat. Namun, pencapaian Nazaruddin membuktikan betapa olahraga seksi secara politis karena menjadi media perekat yang bisa mewujudkan kebersamaan,” tandas Didu.
Baca juga : Zul-Rohmi Berpotensi Pisah Jalan, Ali Al Khairy Sang Kuda Troya Pilgub 2024
Mantan Eksekutif Daerah WALHI NTB dua periode ini menekankan, ibarat kendaraan, olahraga yang dikelola secara profesional dan mampu menghadirkan kebanggaan dan prestasi bagi daerah, adalah kendaraan yang bisa mengantar seseorang mencapai harapan dan cita-citanya.
“Dan ingat. Sebagai kendaraan, olahraga itu kendaraan yang istimewa. Sebab ia adalah kendaraan indah dengan kapasitas yang sangat besar,” tandas Didu.
Karena itu, dia menekankan memang di tahap awal, butuh pengorbanan besar. Termasuk dari sisi finansial. Namun, Didu memastikan investasi tersebut tak akan pernah sia-sia.
“Sudah pasti akan mendatangkan kebaikan bagi daerah. Kebaikan bagi masyarakat, dan kebaikan sang owner itu sendiri,” kata Didu.
Itu sebabnya, dirinya pun mendorong para politisi mapan NTB untuk mengambil peran dalam memajukan olahraga lain di NTB yang juga menanti sentuhan-sentuhan tangan dingin sehingga bisa berprestasi di tingkat regional, nasional, dan bahkan internasional.
Didu menekankan, olahraga memiliki nilai-nilai universal. Olahraga itu mempersatukan. Sementara di sisi lain daya akomodasi olahraga sangat strategis dalam menggeliatkan akselerasi sektor lain dalam proses pembangunan daerah. Pendek kata, olahraga bisa menjadi daya ungkit pertumbuhan ekonomi daerah.
“Saatnya sekarang olahraga menjadi sentral magnetik oleh para “ilmuwan dan seniman” politik NTB,” tandas Didu.