BARBARETO.com – Pembangunan gedung Dekanat Fakultas Kebudayan Riset dan Teknologi Universitas Udayana yang beralamat di Kampus Unud Bukit Jimbaran Badung Bali tersebut sudah rampung. Proyek dengan nilai kontrak Rp.14.769.696.970,- tersebut, masih menyisakan masalah di internal mereka, yaitu upah yang diterima para pekerjanya belum terbayarkan semua. Padahal jumlah upah para pekerja harian tersebut tidak begitu banyak jika dibanding dengan nilai proyek.
Buktinya, 3 pekerja asal Bondowoso yang khusus mengerjakan bagian pemasangan keramik, mengaku belum menerima semua upah mereka selama bekerja hampir 3 bulan di proyek tersebut. Hal ini disampaiikan oleh Jayus serta rekan satu profesinya Sruji di lokasi proyek, Minggu (2/1/2023).
Jayus menerangkan, janji awal saat mereka bekerja akan menerima gaji setiap dua minggu sekali hanya bualan saja. Faktanya, mereka hanya diberi pinjaman alias kas bon semenjak mulai bekerja sekitar 3 bulan yang lalu.
“Dulu awal bekerja dijanjikan akan menerima upah setiap 2 minggu sekali, akan tetapi apa yang dijanjikan hanya kenyataannya lain, kami tunggu selama 2 minggu, tapi hanya dikasi kas bon saja, dan sampai sekarang jumlah kas bon yang saya terima mencapai tiga juta tiga ratus, sedangkan sisanya sejumlah enam juta seratus ribu rupiah, itu yang belum saya terima,” terang Jayus yang diamini oleh Sruji.
Ditambahkan juga oleh mereka, pinjaman yang diberikan sebanyak tiga juta empat ratus ribu rupiah tersebut, itupun dengan cara dicicil, sedangkan sisa uang mereka selama bekerja yaitu sekitar tiga belas juta seratus ribu rupiah dipotong sisa kas bon belum mereka terima.
Jayus dan satu rekannya Sruji, pria asal Bondowoso tersebut menjelaskan, kondisi mereka semenjak ditinggal tanpa kejelasan, nasib mereka mempeihatinkan karena tanpa bekal, dan untuk makan pun mereka menunggu belas kasih orang. Dan mereka terpaksa tinggal di bedeng proyek sambil menunggu sisa uang mereka.
Diceritakan oleh mereka untuk makan dan bertahan hidup, mereka mencari botol dan kardus bekas yang mereka pungut di sekitar kampus untuk dijual. Sedangkan rencana untuk kembali ke daerah asal, mereka harus tahan dulu sambil menunggu sisa upah mereka yang tidak ada kepastian. Mereka hanya bisa pasrah sambil menunggu belas kasihan dan itikad baik dari mandor.
Totok selaku mandor pelaksana di lapangan saat dihubungi melalui pesan WhatsApp, Jumat (6/01/23) menjelaskan bahwa dirinya pun belum menerima upah.
“Ia belum aku juga masih nungguh, aku juga belum kebayar,” terang totok. (tim)
Baca berita lainnya di Google News