Pringgasela, BARBARETO.com – Tabuhan Gendang Belek iringi langkah kaki rombongan para jurnalis ke tempat pertemuan di Kantor Desa Pengadangan, Kecamatan Pringgasela, Lombok Timur (Lotim), Minggu (6/11/2022).
Nampak berjejer remaja dan remaji berdandan serasi menggunakan pakaian adat sasak dihiasi senyum ramah menyambut para pewarta.
Besembek, ritual adat yang juga turut serta menyambut rombongan yang di pimpin Sekda Lombok Timur, H. M. Juaini Taofik.
“Selamat datang di Desa Kami, Pengadangan desa yang menjunjung budaya, adat istiadat dan juga agama ini,” ucap kepala Desa Pengadangan, Iskandar dalam sambutannya.
Ada beragam pertunjukan kesenian yang di tampilkan, seperti di Sebutkan H. Asipudin selaku Ketua Adat Desa Pengadangan, diantaranya ada Gendang Belek Sanggar Nene Bini, Rantok, Cungklik, terakhir ada Selober yang merupakan satu-satunya kesenian yang ada di Nusa Tenggara Barat.
“Khusus Selober ini, banyak yang mirip namun tidak sama, kesenian Selober adalah khas milik masyarakat pengadangan Lombok Timur,” kata Asipudin.
Selober namanya, hal ini berdasarkan yang dihasilkannya yang khas bernada “Ber”.
Slober ini konon dipakai dulu untuk masyarakat ketika ada kegiatan, seperti bekerja di sawah, alatnya pun terbuat dari pelepah daun nira.
Cara memainkannya sendiri, Selober ini dipadukan gemelan, sehingga tabuhannya gemelan, menambah merdu iringan musik khas masyarakat Pengadangan itu.
“Lagunya sendiri berasal dari masyarakat yang di namakan lelakak, atau pantun pantun jaman dulu, biasa juga dilakukan anak muda dahulu untuk saling bertukar ucap ketika bertemu,” jelasnya.
Selain itu, ada juga kesenian Rantok, dalam istilah masyarakat pengadangan prosesinya dinamakan begendong.
Rantok juga merupakan tradisi sekaligus kesenian yang di pertahankan masyarakat Desa Pengadangan hingga dengan sekarang.
Dalam pelaksanaannya, Kegiatan Rantok ini diiringi syair yang dinamakan sando, yang awal mulanya dahulu untuk masyarakat menumbuk padi.
Adapula alat kesenian Jungklik, dimana Jungklik ini bahan dasarnya itu bambu, sederhana namun dibuat oleh masyarakat Pringgasela, dari Jungklik ini tercipta nada yang sederhana namun merdu masuk di telinga.
“Jungklik ini dulu digunakan untuk menghibur para petani pada saat berada di sawah setelah lelah bekerja,” tutur Asipudin.
Beragam rangkaian adat dan kesenian di desa Pengadangan ini juga ditutup dengan zikur mengingat sang ilahi, yang dinamakan masyarakat setempat sebagai sebutan zikir jiwa.
Dijelaskan Asipudin zikir jiwa sendiri merupakan rangkaian dari Pesona Budaya Pringgasela yang tidak luput dari adat, kesenian dan juga agama.
“Di pengadangan juga ada pengajian khusus, dimana disana digunakan zikir jiwa ini,” tuturnya.
Zikir jiwa sendiri mengandung makna mengingat yang maha kuasa, sang pencipta alam semesta Allah SWT.
“Kalau betul zikir masuk kedalam hati maka itu yang di harapkan, masyarakat Pengadangan berusaha menyatukan hati dengan pikir melalui zikir ini,” ungkapnya.
Oleh karenanya diharapkan melalui zikir jiwa akan menyentuh hati nurani kaum muslim.
Karena pada dasarnya keyakinan masyarakat Desa Pengadangan dan umat muslim umumnya tidak ada tuhan selain Allah SWT.
“Setiap langkah kita akan dibarengi dengan tuhannya masing-masing. Kita tetap bersatu melalui bingkai persatuan yang dinamakan islam,” tutupnya.
Baca berita lainnya di Google News