barbareto.com | Denpasar – Pelaksanaan pembangunan Pelindungan Kawasan Suci Pura Agung Besakih dimulai yang ditandai dengan peletakan batu pertama pada hari Rabu, Buda Umanis, Dukut, 18 Agustus 2021.
Acara dihadiri oleh: Presiden Ke-5 Republik Indonesia, Ibu Prof. Dr. (HC) Hj. Megawati Soekarnoputri; Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat RI, Bapak Dr. Ir. Basuki Hadimuljono; Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR RI, Ibu Ir. Diana Kusumastuti, MT; Wakil Gubernur Bali; Ketua DPRD Provinsi Bali; Kapolda Bali; Pangdam IX/Udayana; Kepala Kejaksaan Tinggi Bali; Ketua Pengadilan Tinggi Bali, Bupati Karangasem, Bandesa Agung MDA Provinsi Bali, dan Ketua PHDI Provinsi Bali. Hadir juga secara virtual Bupati/Walikota; dan Ketua DPRD Kabupaten Kota, Para Rektor Perguruan Tinggi, Ketua PHDI Kabupaten/Kota, dan Majelis Desa Adat Kabupaten Kota se-Bali.
Presiden ke-5 Republik Indonesia, Prof. Dr. (HC) Hj. Megawati Soekarnoputri dalam sambutannya secara virtual menyampaikan kebanggaan dan merasa sangat terhormat karena diberi kesempatan meletakkan batu pertama Ground Breaking Pembangunan Pelindungan Kawasan Suci Pura Agung Besakih. Tentunya akan ada pertanyaan, kenapa Saya yang dipilih dalam peletakan batu pertama, oleh sebab itu Saya merasa sangat terhormat, karena Saya seorang yang beragama Islam, tetapi karena nenek Saya orang Bali, jadi Saya pun bagian dari orang Bali.
“Nenek Saya adalah ibunya Bung Karno,” kata Megawati Soekarnoputri yang disambut tepuk tangan.
Saya bertemu dengan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat RI, Basuki Hadimuljono dan Gubernur Koster ketika Saya diminta untuk meletakan batu pertama pembangunan Pelindungan Kawasan Suci Pura Agung Besakih, dan Saya mengatakan itu sebuah hal yang sangat luar biasa, karena akan merenovasi kembali Kawasan Suci Pura Agung Besakih.
“Ayah Saya Bung Karno, dari kecil Saya sudah diajak ke Pulau Bali dan dikenalkan kepada budaya, kesenian, juga termasuk agamanya. Sehingga Saya sangat mengetahui betapa luar biasanya orang Bali itu dengan pengabdiannya yang ditunjukkan dalam pelaksanaan upacara. Saya masih inget betul dengan seorang bernama Sang Ayu Made yang ditugaskan Bapak Saya (Ir. Soekarno, red) untuk selalu memberikan sesajen ‘mebanten. Jadi Saya suka ikut merangkai (Sesajen, red) waktu SD di Istana Tampaksiring,” ceritanya.
Megawati sering menyaksikan rangkaian sesajen buatan Sang Ayu Made yang mencerminkan persembahan kepada para Dewa, Manusia dan mahluk bawah (Bhuta Kala, red).
“Itu filosofinya luar biasa dan begitu indah. Meskipun Saya Islam, Saya tak canggung ikuti acara di Bali. Sampai Saya pernah dibullly, dikatakan agama tidak jelas. Saya ketawa saja, karena Saya pikir agama adalah urusan kita dengan yang di atas. Tak ada yang bisa membanding-bandingkan, mudah-mudahan ini juga dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia,” terangnya.
Selain terkait dengan ikatan psikologis karena dalam tubuhnya masih mengalir darah Bali, kesempatan yang diperolehnya dalam peletakan batu pertama PembangunanPelindungan Kawasan Suci Pura Agung Besakih juga menjadi bukti kekuatan kekuatan ideologi Pancasila, yang mengamanatkan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama tanpa membeda-bedakan latar belakang suku, adat dan agama.
“Kita juga punya semboyan Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Itu yang membuat Kita bisa membangun sebuah negara dan bangsa dengan sebutan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” jelasnya.
Setelah dilakukan penataan di Kawasan Suci Pura Agung Besakih, Ibu Megawati Soekarnoputri mengingatkan pentingnya menjaga kebersihan Kawasan Besakih.
“Tolong dipelihara seluruh kawasan ini, didik rakyat untuk kebesihan, jangan lagi ada sampah berserakan. Kalau sembahyang bawa kantong, apalagi sampahnya itu lebih banyak sesajen berbahan natural, bawa pulang saja kembali, dan bisa dijadikan kompos. Itu untuk kebaikan,” tegasnya.
Selain menjaga kebersihan, Megawati Soekarnoputri juga ingin kawasan ini ditanami jenis bunga endemic Bali seperti Jepun Dasa dan Pucuk Arjuna. Dua bunga itu adalah tanaman endemic Bali yang tidak ditemui di daerah lain.
“Tanam di Pura Pura, sehingga kawasannya akan nampak lebih indah,” ajaknya.
Megawati Soekarnoputri juga menjelaskan Pola Pembangunan Semesta Berencana yang saat ini menjadi model pembangunan Bali di bawah kepemimpinan Gubernur Bali, Wayan Koster, bahwa Pola Pembangunan Semesta Berencana merupakan model yang dibuat oleh Presiden Pertama RI, Ir. Soekarno. Pola ini diterapkan karena tidak mudah untuk membangun negeri yang begitu besar yang terdiri dari ribuan pulau dengan kebhinekaan yang dimiliki.
Diakhir sambutannya, Megawati Soekarnoputri meminta agar semua pihak untuk membangun Indonesia dengan spirit ‘bangunlah jiwanya dan bangunlah badannya’.
“Tidak sembarangan bikin Indonesia Raya itu. Luar biasa,” kata Megawati dengan nada terharu seraya mengajak rakyat Indonesia untuk meningkatkan semangat persatuan dan gotong royong ditengah pandemi Covid-19 yang saat ini dihadapi oleh sebagian besar negara di dunia termasuk Indonesia.
Sementara itu, Gubenur Bali Wayan Koster dalam sambutannya menyampaikan Pembangunan Pelindungan Kawasan Suci Pura Agung Besakih ini merupakan implementasi program prioritas dalam Visi Pembangunan Daerah Bali yaitu:
“NANGUN SAT KERTHI LOKA BALI” melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana, menuju BALI ERA BARU. Visi ini mengandung makna: “Menjaga Kesucian dan Keharmonisan Alam Bali Beserta Isinya, Untuk Mewujudkan Kehidupan Krama Bali Yang Sejahtera dan Bahagia, Sakala-Niskala Menuju Kehidupan Krama dan Gumi Bali Sesuai Dengan Prinsip Trisakti Bung Karno: Berdaulat secara Politik, Berdikari Secara Ekonomi, dan Berkepribadian dalam Kebudayaan melalui Pembangunan Secara Terpola, Menyeluruh, Terencana, Terarah, dan Terintegrasi dalam Bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia Berdasarkan Nilai-Nilai Pancasila 1 Juni 1945.”
Visi menuju Bali Era Baru diwujudkan dengan menata secara fundamental dan komprehensif pembangunan Bali yang mencakup tiga aspek utama genuine Bali:
Alam, Krama, dan Kebudayaan Bali. Tiga aspek utama ini merupakan satu kesatuan yang menjadi tatanan kehidupan masyarakat Bali berbasis filosofi kearifan lokal Sad Kerthi, yakni enam sumber kesejahteraan dan kebahagiaan kehidupan manusia.
Pura Agung Besakih terletak di lambung Gunung Agung, merupakan tempat pemujaan utama, Pura Kahyangan Jagat terpenting dan tertinggi di Bali. Sejumlahteks susastra Bali, baik yang disurat dalam lontar maupun prasasti tembaga atau kayu, menyebut Gunung Agung dengan nama Tolangkir, yang berarti; “Dia Yang Mahatinggi, Mahamulia, sekaligus Mahaagung”. Pura Agung Besakih disebut sebagai “huluning Bali Rajya”, hulu Kerajaan Bali, sekaligus juga “Madyanikang Bhuwana”, pusat dunia.
Karena itu, Besakih pada masa kerajaan Bali Kuno dikategorikan sebagai kawasan hila-hila hulundang ing basukih, yang berarti kawasan suci tempat memohon kerahayuan hidup (basuki) di hulu Bali, yang dilarang, dipantangkan (hila-hila) untuk dilalui atau dimasuki secara sembarangan oleh siapa pun.
Pura Agung Besakih mencakup gugusan 117 unit pura, terdiri atas: 22 Pura Uttama; 4 Pura Catur Lawa; 14 Pura Padharman; serta kategori Pura lainnya. Selain itu, Pura Agung Besakih juga mencakup 31 sumber Tirta Suci, yang juga merupakan Pura Patirtan/Beji. Karena itulah Pura Agung Besakih merupakan pura terbesar, tidak hanya di Bali, juga di seluruh Nusantara, bahkan di Dunia.
Pura Agung Besakih memiliki tatanan upacara yang sangat sakral dan lengkap berdasarkan siklus waktu, yaitu: siklus Pancawara, 5 harian; siklus Wuku, 7 harian; siklus Awal Sasih, awal bulan; siklus Purnama Tilem, bulanan atau 30 harian; siklus Piodalan/Pujawali, 6 bulanan atau 210 harian; siklus Ngusaba, Tahunan; siklus Panca Balikrama, 10 Tahun sekali atau pergantian dasawarsa; siklus Ekadasa Rudra, 100 Tahun atau pergantian abad; dan siklus Baligia Marebu Bhumi, setiap 1.000 Tahun atau pergantian millenium.
Sejak lama, kondisi Kawasan Suci Pura Agung Besakih yang meliputi: Parahyangan, Pawongan, dan Palemahan kurang mendapat perhatian. Banyak bangunan suci yang ada di Parahyangan sudah mengalami kerusakan. Para Sulinggih, Tapini, Pamangku, dan Sarati banten yang merupakan unsur Pawongan, kesejahteraan dan jaminan kesehatannya tidak diurus dengan baik. Kondisi wilayah Palemahan, seperti: warung, kios, taman, drainase, dan fasilitas umum tidak tertata dengan baik; fasilitas parkir kendaraan sangat tidak memadai; akses menuju Pura Agung Besakih macet terutama pada saat berlangsung upacara besar.
Pembangunan Parahyangangan, Pawongan, dan Palemahan akan dilaksanakan secara bertahap, karena tidak memungkinkan dilaksanakan dalam waktu bersamaan. Pada tahap pertama ini, yang sudah sangat mendesak diprogramkan adalah unsur Palemahan meliputi: bangunan parkir, tempat pasandekan, fasilitas UMKM, margi agung, graha wiyata, pasraman, anjung pandang (view point), jaringan air minum, listrik, dan telekomunukasi, serta drainase, sarana transportasi, sirkulasi kendaraan, sarana pengelolaan sampah, dan taman.
Pembangunan Pelindungan Kawasan Suci Pura Agung Besakih, memerlukan anggaran sebesar sekitar Rp. 900 Milyar yang dilaksanakan secara bertahap.
Tahap pertama tahun 2020, telah dilaksanakan pembebasan lahan dan bangunan milik masyarakat dengan anggaran sebesar Rp. 170 Milyar dari APBD Semesta Berencana Provinsi Bali. Tahap kedua tahun 2021 sampai tahun 2022 dilaksanakan pembangunan fisik dengan anggaran sebesar Rp. 730 Milyar bersumber dari APBN Kementerian PUPR RI sebesar Rp. 500 Milyar dan bersumber dari APBD Semesta Berencana Provinsi Bali sebesar Rp. 230 Milyar. Pembangunan Palemahan ini diharapakan selesai tuntas tahun 2022.
Dengan restu dan anugerah Hyang Widhi Wasa, Ida Bhatara yang malinggih di Pura Agung Besakih, serta doa dari seluruh Krama Bali, Astungkara, pembangunanPelindungan Kawasan Suci Pura Agung Besakih dapat berjalan dengan lancar, aman, dan sukses sampai tuntas.
Sehubungan dengan itu pula, Saya bersama Wakil Gubernur mewakili Pemerintah Provinsi Bali dan seluruh Krama Bali menghaturkan terima kasih setulus-tulusnya kepada Presiden RI, Bapak Ir. Joko Widodo, atas kebijakan serta dukungan yang sangat besar dalam mempercepat pembangunan Bali. Ucapan terima kasih Saya haturkan kepada Menteri PUPR RI, Bapak Dr. Ir. Basuki Hadimuljono beserta jajaran Kementerian PUPR RI yang telah memprogramkan pembangunan ini dengan komitmen penuh. Saya menghaturkan terima kasih setulus-tulusnya kepada Presiden ke-5 RI, Ibu Prof. Dr (HC). Hj. Megawati Soekarnoputri, atas segala perhatian dan arahan terkait pelaksanaan program Pembangunan Bali, serta berkenan memberi sambutan pada acara peletakan batu pertama dimulai pembangunan program Pelindungan Kawasan Suci Pura Agung Besakih, program monumental, memasuki Bali Era Baru.
Pembangunan Pelindungan Kawasan Suci Pura Agung Besakih akan memanfaatkan secara optimal sumber daya lokal Bali khususnya di Karangasem seperti kebutuhan tenaga kerja, material, sarana-prasarana, dan pelaku usaha untuk menggerakan perekonomian masyarakat dalam masa Pandemi Covid-19.