Mataram-NTB. BARBARETO – Merespon banjir yang terjadi di Bima, Organisasi Kepemudaan Cipayung Plus Kota Mataram (HMI, GMKI, IMM, GMNI, PMKRI, KMHDI, HIKMABUDHI) dan Aliansi Mahasiswa Muhammadiyah salurkan bantuan paket sembako ke warga yang terdampak.
Bantuan tersebut langsung disalurkan oleh beberapa perwakilan OKP yang terjun ke lapangan sejak hari Kamis s/d Minggu.
Beberapa titik yang menjadi prioritas respon adalah Desa Rade Madapangga, Kananga Bolo, Tangga Monta, dan desa Nisa Tente, dan lainnya di Kabupaten Bima. (11/4/2021)
Adi Ardiansyah ketum IMM mengungkapkan “dalam kesempatan ini kami dari Cipayung Plus Kota Mataram turut prihatin atas musibah yang menimpa masyarakat Bima, oleh karenanya kami semua langsung turun ke lapangan untuk melakukan droping logistik kebutuhan masyarakat berupa paket sembako”, ucapnya.
Sejak kejadian banjir Bima, OKP Cipayung Plus telah melaksanakan penggalangan dana di wilayah kota Mataram dan mengumpul donasi bantuan lainnya.
Azmi Ketum GMNI menambahkan “semoga dengan datangnya bantuan ini derita para korban sedikit berkurang dan juga Pemerintah harus segera menghadirkan gerakan-gerakan solutif agar fungsi hutan segera kembali normal”, tukasnya.
Perihal masyarakat yang menjadikan kawasan hutan sebagai ladang pertanian perlu mendapat atensi. Pemda dan Pemprov harus menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar agar persoalan ekonomi dapat terselesaikan dan tidak ada alasan membabat hutan utk keperluan ekonomi.
Prandy Ketum GMKI berujar “fenomena banjir bandang yang berulang menegaskan bahwa pemerintah provinsi tidak serius dalam melakukan pendekatan solutif terkait masalah penggundulan hutan yang dilakukan masyarakat demi menaikan taraf perekonomian”, tegasnya.
Begitupun dengan Sekjend Hikmabuddhi Mataram menyampaikan kegelisahannya tentang kondisi hutan NTB.
“Maka dari itu menjadikan pembelajaran dengan terjadinya bencana banjir Bima merupakan tanggung jawab kita bersama. Dalam hal ini, usaha pelestarian lingkungan hidup tidak hanya merupakan tanggung jawab pemerintah saja, melainkan tanggung jawab bersama antara pemerintah dengan masyarakat”, imbuh aktivis yang biasa disapa Gilang.
Pesan optimisme juga turut disampaikan oleh Ketum PMKRI, mahasiswa asal Papua yang merasa prihatin dengan kondisi banjir Bima.
“Setelah belajar dari pengalaman bencana banjir bandang ini, kami sangat mengharapkan keterlibatan pemerintah serta seluruh stekholdernyabuntuk mencegah supaya tidak terulang kejadian yang sama dikemudian hari, karena kami percaya bahwa pemerintah adalah orang tua dan pelayan bagi rakyatnya sendiri,” tuturnya.
Para relawan dari OKP Cipayung Plus Kota Mataram pun bertolak dari Bima pukul 16.30 setelah selesai merespon bencana banjir, dan Adi selaku koordinator rombongan pun menyampaikan catatan terakhir perihal tindaklanjut dari solusi terjadinya banjir ini.
“Para relawan telah banyak berdiskusi dengan beberapa warga terdampak dan juga pihak polres Bima, ada kesimpulan yang kami pikir menjadi akar permasalahan dari bencana ini, yaitu alih fungsinya hutan. Untuk itu, kedepannya kami akan coba diskusikan persoalan ini di Mataram dengan Gubernuran atau OPD terkait, agar pemerintah punya alternatif lain dalam mendorong inovasi pertanian di NTB tanpa menggugurkan nilai-nilai ekologis,” tutupnya.