Lombok Timur-NTB. BARBARETO – Sempat menimba ilmu selama enam tahun di Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan (NW) Pancor. Bupati Lombok Timur H. M. Sukiman Azmy menceritakan tentang pertemuannya dengan Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid. Yang saat ini sudah menjadi Pahlawan Nasional satu-satunya asal NTB.
“Secara pribadi saya rasakan penuh makna di tempat ini,” kata Bupati ketika memberikan sambutan di acara launching wisata religi, berlokasi di gedung Birrul Walidain YPH PPD NW Pancor. Pada Kamis 27 Januari 2021.
Bupati menceritakan bahwa selama mengenyam pendidikan enam tahun di Pancor. Banyak ilmu dengan bungkusan akhlakul karimah yang di perolehnya.
Setelah selesai dari pendidikan jenjang Sekolah Dasar (SD) di Desa Rumbuk. Ia bercerita bahwa pada waktu itu sempat ada perdebatan di antara keluarganya ketika ingin memasukkannya di Ponpes NW Pancor.
“Akhirnya pada tahun 1974 saya bisa menyelesaikan pendidikan di Madrasah Tsanawiyah (MTs),” ceritanya.
Setelah beberapa waktu menyelesaikan pendidikan di bangku MTs. Pada tahun 1993 setelah dirinya menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Bupati yang saat itu berpangkat Kapten menghadap langsung kepada Maulana Syaikh yang di bawa oleh orang tuanya.
Setelah di ceritakan maksud dari kedatangannya oleh Maulana Syaikh. Bupati pada waktu itu di suruh lebih dekat lagi dengan Maulana Syaikh. Yang akhirnya duduk di bersebelahan dengan Maulana Syaikh.
“Saya kemudian duduk di sebelah kanan beliau,” kata Bupati.
Setelah itu Bupati di tanya oleh Maulana Syaikh.
“Apa melek mek (dalam bahasa Indonesia artinya apa maksud tujuanmu),” kata Maulana Syaikh pada waktu itu di ceritakan oleh Bupati.
Bupati kemudian dengan penuh rasa hormat menjawab.
“Saya ingin naik haji,” jawab Bupati kepada Maulana Syaikh.
Bupati tak memungkiri bahwa keinginannya naik haji pada waktu itu. Di sebabkan karena gaji tentara yang kecil jika di bandingkan dengan keinginanya untuk naik haji.
Hal itulah yang kemudian membuat Maluana Syaikh meminta peci Bupati pada waktu itu. Dan Bupati langsung menjulurkan pecinya ke arah Maulana Syaikh.
“Bukak ketopong mek (dalam bahasa Indonesia artinya buka pecimu) kata Maulana Syikah pada waktu itu, kemudian beliau menandatangani peci saya itu,” ujarnya.
Akhirnya pada tahun 1994 Bupati mendapatkan kesempatan untuk pertama kali naik haji. Kendati sebagai pembimbing namun menurutnya itu tidak lain merupakan salah satu karomah yang di miliki oleh Maulana Syaikh.
“Akhirnya saya naik haji dengan menjadi pembimbing haji pada tahun 1994. Walapun saya sendiri sebetulnya tidak pernah naik haji sebelumnya,” tuturnya. (gok)