barbareto.com | Jagung merupakan salah satu komoditi unggulan di NTB.
Berdasarkan data dari Lombok Research Center (LRC) Potensi luas lahan untuk pengembangan palawija di NTB mencapai 404 ribu hektar.
Terdiri dari musim hujan di lahan kering mencapai 178 ribu hektar, musim kemarau I di lahan sawah 135.279 hekta dan musim kemarau II di lahan sawah seluas 90.786 hektar.
Khusus untuk palawija jagung, potensi lahan untuk pengembangannya di NTB mencapai 269 ribu hektar dengan tingkat pemanfaatan baru berkisar 55,5 ribu hektar.
Artinya potensi lahan untuk pengembangan jagung di NTB baru mencapai 32,69 Kw per hektar.
Maka semestinya produksi jagung NTB dapat mencapai 2,3 juta ton lebih, sehingga dapat memberikan kontribusi nyata terhadap pengurangan impor jagung nasional yan rata-rata 1,2 juta ton jagung per tahun.
Produksi jagung di NTB pada tahun 2022 ini mengalami penurunan yang cukup signifikan.
NTB pernah mengalami produksi yang maksimal pada tahun 2017 sampai tahun 2018.
Produksi pada tahun itu mencapai lebih dari 2 juta ton. Namun pada tahun ini mengalami beberapa kendala teknis. Baik di tingkat petani maupun di tingkat kebijakannya.
Selain permasalahan teknis di hulu, petani selalu mengalami permasalahan klasik di tingkat hilirnya yaitu terkait harga dan pasar.
Melihat hal tersebut Masyarakat Agibisnis Jagung (MAJ) Pusat langsung turun ke Nusa Tenggara Barat (NTB) pada minggu (13/3/2022).
Ketua Umum MAJ Pusat Bapak Abu Bakar didampingi oleh beberapa pengurus harian turun ke beberapa daerah sentra jagung di NTB, salah satunya yaitu ke Kecamatan Pringgabaya Lombok Timur.
Musim panen jagung pada tahun ini diperkirakan di mulai pada april sampai mei 2022.
Baca juga : MAJ Pusat Berkunjung ke NTB, Angin Segar Bagi Petani Jagung
Melihat seperti apa kondisi di lapangan dan untuk menyerap secara langsung informasi terkait dengan harga dan model rantai pasar jagung di Lombok Timur membuat pengurus pusat MAj langsung terbang dari Jakarta menuju Lombok.
“Kami ingin tau seperti apa kondisi petani dan ingin menyerap informasi secara langsung terkait dengan rantai pasar jagung di Pulau Lombo,” ungkap Abu Bakar.
Ketua Umum MAJ Pusat Abu Bakar menyampaikan bahwa dengan turun langsung mengecek kondisi jagung siap panen, maka akan banyak informasi yang kami dapatkan.
Informasi ini kami akan gunakan untuk membuat kebijakan teknis bersama pihak-pihak terkait nantinya.
Terutama pemerintah pusat dalam hal ini kementrian teknis seperti Kementrian Pertanian, Kementrian Perdagangan dan kementrian Koperasi.
MAJ Pusat saat ini juga sedang memformulasikan model kerjasama dengan pihak BUMN terutama terkait dengan permodalan bagi pengusaha-pengusaha lokal yang bergerak dalam bidang jagung ini.
Kami sangat memprioritaskan pengusaha lokal yang bermain langsung.
Terkait dengan pergudangan, kami MAJ sudah memiliki Hak pengelolaan Gudang terkait Sistim Resi Gudang (SRG) di beberapa propinsi seperti Lampung, Sulawesi selatan, Kalimantan dan NTB. Kami mengharapkan pengusaha local memanfaatkan SRG ini untuk menjaga sistim pasar yang berkeadilan.
“Kami MAJ Pusat mengharapkan pengusaha lokal memanfaatkan SRG yang kami miliki untuk menjaga sistim pasar jagung yang berkeadilan,” ungkap Abu Bakar.
MAJ Pusat menginginkan kerjasama multi pihak yang saling menguntungkan. Agar kejayaan jagung Nasional kembali Berjaya.
“Kami MAJ Pusat Fokus untuk mengembalikan kejayaan jagung Nasional, ini semua untuk kesejahtraan bersama,” tutup Abu Bakar.