barbareto.com | Mataram – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Nusa Tenggara Barat (NTB), mengapresiasi langkah INOVASI yang telah melibatkan relawan literasi dalam peningkatan kapasitas literasi anak-anak khususnya di wilayah NTB. Saat ini tepat di hari kemerdekaan RI ke 76, relawan literasi INOVASI genap berusia satu tahun, dan dinilai mampu berdampak postitif bagi peningkatan literasi di NTB.
“Adanya INOVASI ini membuat kami bahagia, dan memberikan apresiasi kepada semua relawan literasi INOVASI karena sudah memberikan perhatian kepada layanan proses pembelajaran untuk siswa dan siswi di NTB ini,” ucap Dr. Aidi Furqon, Kepala Dinas Dikbud NTB ketika memberikan sambutan pada acara peringatan kemerdekaan RI ke-76, sekaligus memperingati satu tahun lahirnya relawan literasi INOVASI melalui zoom meeting. (17/8/21)
Dia mengakui, peran dan fungsi relawan literasi saat ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Selain itu, mereka juga berfungsi sebagai perekat hubungan sosial antar masyarakat dari jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Perguruan Tinggi (PT).
Furqon berharap, para relawan literasi INOVASI mampu mengembangkan dan mendukung optimalisasi masyarakat tentang pentingnya literasi. Karena gerakan literasi ini tidak bisa dibangun hanya dengan satu atau dua tangan saja, namun membutuhkan banyak gerakan supaya literasi di NTB bisa meningkat.
“Kami berharap program INOVASI ini selalu memberikan setitik harapan untuk jalan terang yang akan diingat oleh anak-anak kita nantinya, yang dimana mereka menemukan bekal pengetahuan untuk memajukan generasi yang akan datang,” tandasnya.
Pada kesempatan itu, Ia juga menyampaikan kunci dari membangun literasi di NTB ini, yaitu dengan mensinergikan antar semua pihak terkait, supaya tujuan yang baik juga menghasilkan suatu hal yang baik.
“Aktivitas literasi yang diprogramkan oleh INOVASI di NTB ini sangat terukur, dan dalam satu tahun terakhir perlu memberikan apresiasi kepada relawan yang nilai bagus. Supaya nanti bisa menjadi duta relawan NTB, ke depannya bukan hanya menyentuh SD saja, namun supaya bisa menyentuh SMP, SMA, bahkan Perguruan Tinggi,” ulasnya.
Senada dengan hal itu, Nurul dari Solidaritas Perempuan (SP) Mataram mengucapkan terimakasih dengan adanya program INOVASI tersebut. Pasalnya, Ia menganggap INOVASI selaras dengan program yang dilaksanakan oleh SP Mataram.
Hal itu dilatarbelakangi karena sebagian anak-anak buruh migran mengalami kesulitan membaca dan menulis, maka dari itulah pihaknya sangat gembira dengan hadirnya INOVASI tersebut, ditambah lagi dengan adanya relawan literasi INOVASI.
“Awalnya ada sekitar 20 relawan, dan saat ini mengerucut menjadi 6 orang saat ini karena mengalami banyak kendala. Dulu kita hanya mendampingi 14 sampai dengan 15 orang, mirisnya mereka yang belum bisa itu rata-rata masih duduk di kelas 3 SD,” tandas Nurul.
Ia menuturkan, relawan literasi INOVASI bukan hanya membutuhkan tehnik membaca dan menulis. Akan tetapi para relawan juga membutuhkan tehnik dasar pengenalan psikologis supaya mampu menerapkan metode yang baik dan benar kepada anak-anak.
Bahkan Nurul juga mengaku gagasan SP nyambung dengan program INOVASI, sampai dengan saat ini ternyata banyak anak-anak yang didampingi oleh para relawan, bahkan semakin hari semakin banyak. Mengingat, hal itu juga sangat dirasakan manfaatnya oleh anak-anak buruh migran yang termarjinalkan.
“Semoga INOVASI tetap konsisten dalam mengembangkan literasi, karena dampaknya bagi generasi yang akan datang ini sangat besar. Dan harapan saya, program ini harus dilanjutkan, karena ini merupakan tanggungjawab bersama untuk meningkatkan literasi, khusunya bagi anak buruh migran,” jelasnya.
Salah satu relawan dari STKIP Paracendikia NW Sumbawa, Dirgahayu, menjelaskan dirinya dulu bergabung dalam relawan literasi INOVASI karena ada program PPL yang diadakan oleh kampusnya.
Dari pengakuannya, ketika bergabung dengan relawan literasi INOVASI, Ia mendapatkan kesan yang sangat banyak. Terutama dalam hal mendampingi anak-anak keluar dari kesulitannya ketika membaca.
“Manfaat yang saya rasakan yakni dalam hal bagaimana menilai kemampuan anak, bagaimana kita menerapkan metode dan strategu yang dijalankan untuk meningkatkan literasi, dan mengetahui bagaimana cara mengembangkan materi sesuai dengan kebutuhan sang anak,” sebut Dirgahayu.
Ia juga mengungkapkan kebanggaannya menjadi seorang relawan literasi INOVASI, karena bisa membantu anak-anak yang mengalami kesulitan masalah literasi.
Sama halnya dengan Muh. Sohibul Akbar yang juga sebagai relawan literasi INOVASI dari Desa Kesik, Kecamatan Masbagik, Lombok Timur. Untuk langkah awal, yang pertama kali digerakkan oleh Sohibul yaitu para pemuda Desa setempat.
Karena dengan begitu, maka otomatis mereka nantinya akan mengajarkan anak-anak di Desa Kesik yang mengalami masalah literasi. Bahkan anak-anak yang didamping dulunya berjumlah 5 orang saja, sekarang ini sudah menjadi 25 orang.
“Kami juga belajar menjadi guru-guru yang baik di kampung, dan kami juga semakin khawatir dengan adanya pandemi Covid-19 ini. Karena dari temuan kami, ada anak kelas 4 SD yang belum bisa membaca,” ujar Sohibul.
Maka dari itulah, Ia bersama rekan pemuda lainnya sangat membutuhkan relawan literasi INOVASI. Karena diakuinya, program INOVASI sangat berdampak bagi kemampuan anak-anak di Desanya untuk meningkatkan kapasitas literasinya. (gok)