barbareto.com | Tingginya tingkat konsumsi daging masyarakat selama bulan Ramadhan sampai menjelang Idul Fitri, berpotensi menimbulkan indikasi penularan penyakit dari hewan terhadap manusia.
Kendati demikian, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Lombok Timur (Lotim) mengklaim, sejauh ini belum menemukan indikasi penularan penyakit yang disebabkan oleh hewan, kondisi tersebut tercermin dari laporan bulanan yang disampaikan oleh masing-masing Puskeswan.
Hal tersebut disampaikan Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Masyarakat Veteriner Disnakkeswan Lotim, drh. Hultatang.
“Setiap bulannya Puskeswan melaporkan perkembangan populasi dan jenis penyakit hewan tersebut, sehingga kami cepat mendeteksinya,” katanya Rabu (20/04/2022).
Lanjut Hultatang, Higienis sanitasi daging di Lombok Timur sejauh ini dimulai dari proses produksi berasal yakni Rumah Potong Hewan (RPH), sementara pada pasar tradisional standar kelayakan higienis belum terlalu memadai, seharusnya pedagang daging lebih terlokalisir, serta memiliki penyimpanan yang khusus.
“Higienis sanitasi daging di Lombok Timur, dimulai dari proses awal produksi, yakni RPH,” jelasnya.
Baca juga : Disnakkeswan Lotim Luncurkan Program PEPADU
Masih kata Hultatang, jika berbicara wilayah Lombok Timur, secara penyakit menular yang bersifat zoonosis (Penularan dari Hewan ke Manusia, red), yang menjadi kekhawatiran Pemerintah Daerah adalah antraks yang dimana kemungkinan terburuk dari penyakit itu ialah meninggal, sehingga dirinya meminta masyarakat lebih jeli dalam memilih serta mengolah daging, terlebih pada tingkat konsumsi yang tinggi seperti bulan Ramadhan.
“Masyarakat diharapkan jeli dalam memilih dan mengolah daging, karena hal tersebut dapat menekan resiko penularan penyakit,” bebernya.
Lebih jauh Hultatang menjelaskan, Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) merupakan unit terdepan dalam pelayanan kesehatan hewan guna mencegah penularan, mendeteksi dan merespon berbagai ancaman penyakit hewan, disamping tingginya kesadaran masyarakat akan kesehatan hewan ternak.
“Kesadaran setiap masyarakat sangat diperlukan, sehingga masyarakat sedini mungkin melaporkan ke setiap UPT apabila ditemukan keanehan pada hewan,” pungkasnya.