barbareto.com | Masih pagi sekali seorang teman mengirimkan saya sebuah data falsifikasi, data pengukuran dan monitoring berbasis mention-tag (aligaritma) yang mengidentifikasi isu secara analisis dan statistik, yaitu data evello.
Data yang menunjukkan bahwa dari 3 platform sosial media (YouTube, Instagram, Tik-tok) kasus “Begal” di Lombok telah ditonton 28.360.294 kali sampai data itu ditarik dari system hari ini.
Jika merinci data analyticsnya sudah barang tentu, semua video tersebut bukan hanya ditonton oleh masyarakat Indonesia tapi juga masyarakat global dan itu belum masuk data App Twitter, bisa 30 jutaan.
Dari hotel kecil di kawasan SBD, NTT. Saya cukup terperanjat melihat data-data itu, bagaimana tidak, Kampungku sedang dibicarakan orang!.
Saya mulai memikirkan banyak hal; nama baik Daerah, kinerja pemangku-APH dan bagaimana pula nasib para pegiat dan pelaku pariwisata kedepan akibat isu ini, dampaknya pasti buruk.
Berandai-andai itu dilarang oleh agama, pintu masuk setan kata Tuan Guru. Padahal saya mau katakan; Andai Polisi lebih hati-hati dalam menangani perkara, andai warga percayakan penanganannya pada APH, andai reaksi teman-teman aktifis tidak sebesar itu, andai… dll.
Barangkali Google tidak akan memuat word “Begal” langsung mengarah “Begal Lombok” pada kolom searchingnya.
Kasus ini menyita perhatian publik karena awalnya dianggap mengganjal, sama juga seperti kasus yang pernah terjadi sebelumnya, seorang santri yang bunuh begal itu, viral juga.
“Korban jadi tersangka, pelaku jadi saksi” itu awal mula lelucon yang mengerikan ini. Lelucon yang amat-teramat mengerikan bagi dunia pariwisata, sejenis mimpi buruk bagi industri ini.
Baca juga : Amaq Sinta Korban Begal Jadi Tersangka
Padahal di masa-masa sebelumnya, beberapa isu yang cukup menganggu daerah kita, seperti konflik (perang antar kampung, red), pencurian sepeda motor, pembegalan turis, pedagang asongan yang agresif, pungli destinasi sampai isu lingkungan (sampah) kita bisa tangani dengan baik, walaupun belum berhasil seratus persen, namun berkat ikhtiar semua pihak orang luar berani dengan nyaman datang ke Lombok. Tinggal sedikit saja kita bisa perbaiki semua sama-sama.
Sekarang kita harus kembali perbaiki lagi, tentu kita sama-sama berharap agar kasus ini tidak mempengaruhi Portal NUMBIO, portal yang mengolah big data (crime index) Global karena begal dan pembunuhan (murder rate) adalah faktor utama yang mempengaruhi data analisisnya.
Data ini kerap menjadi rujukan media internasional, tiba-tiba nanti di release tingkat keamanan suatu Negara, tingkat keamanan pariwisata dll rating kita turun, turis dunia ini melihat itu.
Pariwisata dan keamanan satu daerah itu satu irisan, orang mengambil keputusan melakukan suatu perjalanan ke suatu destinasi pertimbangannya salah satunya adalah keamanan. Laiknya saya hari ini; Tentu saya tidak akan menyerahkan kepala saya untuk menikmati keindahan hari ini namun tidak lagi meihat keindahan lain dihari esok.
Rasa aman itu mitra kerjanya industri pariwisata, mana bisa jalan-jalan, selfie-selfie bila ada potensi kriminalitas mengintai disetiap sudut destinasi.
Bagi kawan-kawan Polres Lombok Tengah, Polda NTB, kita harus bisa selesaikan kasus ini dengan baik. Pulihkan citra dalam waktu dekat sebagai goal attainment kita, karena pada akhirnya yang menentukan adalah bagaimana isu-isu ini kita kelola dan memberi penjelasan kepada masyarakat dan mereka percaya bahwa Lombok adalah rumah yang nyaman dan menyenangkan bagi kita semua.
Hari ini bukan waktu yang tepat untuk saling menyalahkan. Orang bilang; Untung tak dapat diraih-malang tak dapat ditolak, masalah tak perlu dicari-kalau sudah waktunya dia akan datang sendiri, setiap orang selalu ada hari sialnya-itulah kenapa kita harus selalu berhati-hati. (RB/DSU)