BerandaBaliProyek Adaptasi Pantai Tanjung Benoa Senilai Rp15,5 Miliar, Progres 40,77 Persen, Masyarakat...

Proyek Adaptasi Pantai Tanjung Benoa Senilai Rp15,5 Miliar, Progres 40,77 Persen, Masyarakat Minta Aparat Turun

Badung l Barbareto news.com – Proyek Adaptasi Pantai Nusa Dua dan Tanjung Benoa di Kabupaten Badung, tak kunjung selesai, waktu serah terima PHO (Provisional Hand Over) pada Desember 2023.
Proyek yang dananya berasal dari LOAN (pinjaman) Nippon Bantuan Bank Dunia, karena kondisi pantai di kawasan wisata Bahari Tanjung Benoa dan kawasan BTID Nusa Dua mulai tergerus abrasi.

Tokoh masyarakat  Tanjung Benoa, I Made Wijaya kuwatir dengan kondisi pantai di wilayahnya dan mengusulkan agar mendapat penanganan segera mungkin, “Nah…sempat saya di Komisi II turun, sudah kami sampaikan kepada pemerintah, terjadi abrasi. Itu langkah yang kita lakukan. Pemerintah sudah mengagendakan, tapi mungkin anggarannya dari PUPR tidak dimasuk ke sana. Akhirnya Novotel Bali Rip, dia akan melakukan penanganan sendiri,” terang l Made Wijaya beberapa waktu lalu di tempat usahanya.

Kawasan Tanjung Benoa di kenal karena wisata Bahari mulai terkena abrasi dan perlu segera mendapat penanganan. Proyek Adaptasi yang sedang di kerjakan di harapkan mampu mengembalikan kondisi pantai seperti semula, dengan menambahkan pasir yang di ambil dari pantai Mertasari Sanur. Denpasar Selatan (sesuai kontrak).

Proyek yang di kerjakan oleh PT. KARYA KAMEFADA WIJAYA INDONESIA, dengan nilai kontrak Rp. 15.563.249.000,00. Tertuang dalam surat no :PB. 02.01/Kb26/POKJA.52/219 tanggal 25 Agustus 2022. Surat menunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPB) Nomor : PB.02.01-Bws15.72/564 tanggal 07 September 2022 Tahun lalu.

Baca Juga :  Kejari Badung Gandeng BI Tertibkan KUPVA BB Nakal di Wilayah Kuta

Namun, di dalam pengerjannya, proyek diduga ada beberapa perubahan, pasir di ambil dari kawasan Tanjung Benoa, walau pun ada yang di ambil dari Pantai Mertasari Sanur. Begitu juga dengan  pengawasan dilapangan. Yang diduga jarang melakukan tugasnya. Sikap pelaksana pun di nilai kurang koperatif, padahal masyarakat sudah ikut membantu, agar proyek yang di danai dari luar tersebut hasilnya bagus dan sesuai spek.

“Ya, kita jujur saja sangat kecewa sekali dengan pihak pelaksana, kita tidak berharap hasilnya seperti ini. Bahkan kita sangat koperatif membantu di lapangan, seperti itu, kita masyarakat dan sangat berharap hasil pekerjaan dan bisa selesai tepat waktu, Ternyata hasilnya kok beda ?, siapa sebenarnya yang nakal ?.
Kami berharap Pemerintah Pusat juga harus tahu atau penyandang dana juga harus tahu,” ungkap l Made Wijaya dengan nada kecewa.

“Malah saya tidak pikir pasirnya mayoritas diambil dari Tanyu, dari timurnya BMR Water Sport, saya kasih izin. Ya sudah, kalau memang kesulitan kalian mendapatkan pasir, ambil pasir di sana. Sudah dilakukan pengerukan. Kita sudah berikan itu walaupun dalam konteks kita ada tamu (aktivitas water sport), ya apa boleh buat ini untuk penyelamatan pantai, saya fikir begitu, di satu sisi ada tanah timbul, kita ambil, itu juga di lingkungan kita, di bidang Tanjung Benua. Apa sih yang kita repotkan di sana ?, ada yang menumbuk di situ kita ambil dibawa ke selatan, nanti akan kembali lagi. Yang penting jangan sampai terjadi abrasi  merusak pantai,” jelasnya lagi.

Baca Juga :  Jaga Kelangsungan Hidup Penyu, Wapres Lepas Tukik ke Laut

Keterlambatan pekerjaan di akui oleh Gede  Lanang Sunu Perbawa sebagai
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Proyek yang ada di bawah Sungai dan Pantai ll. SNVT Pelaksana Jaringan Sumber Air Bali-Penida. Di katakan oleh pria yang akrab di panggil Lanang, progres memang mundur, baru mencapai 40,77 persen.
Lanang juga menjelaskan,
Dari desain awal yang sudah di sosialisasikan sebelum dan setelah pekerjaan konstruksi dilapangan terkait sumber pasir untuk menata pantai Tanjung Benoa memang ada 2 sumber.

“Di stockpile Mertasari Sanur Denpasar Selatan dan dari sumber sand by passing (lokasi pantai yang pasirnya menumpuk), karena proses dinamika alami pantai berpasir memang seperti itu, pasir akan cenderung bergerak ke lokasi tertentu dan berkumpul berdasarkan arah arus dominan sejajar pantai, Ini yang mau di kembalikan kembali pasirnya ke ruas pantai yang mengalami abrasi (garis pantai nya mundur) dengan cara menindahkan pasir dari lokasi pantai yang pasirnya menumpuk ke lokasi pantai yang pasirnya berkurang,” terangnya. (Ans)

Febriga
Febriga
Redaktur Pelaksana Barbareto.com
RELATED ARTICLES

Most Popular

Recent Comments