22.7 C
Lombok
Kamis, November 21, 2024

Buy now

Strategi Lombok Tengah Menurunkan AKI dan AKB di Masa Pandemi

barbareto.com | Kesehatan masyarakat dapat diketahui dengan melihat angka kematian, angka kesakitan, dan status gizi (Jannah dan Murni, 2019).

Angka kematian yang digunakan untuk mengetahui kualitas kesehatan di NTB adalah angka kematian ibu dan bayi. Kematian ibu menurut WHO dalam Dinas Kesehatan (2018) adalah kematian selama kehamilan atau dalam saat 42 hari setelah persalinan, akibat kejadian ini berasal dari kehamilan atau penanganannya, bukan disebabkan kecelakaan/cedera. 

Peninjauan AKI dilakukan sebagai sasaran program kesehatan masyarakat NTB khususnya di bidang reproduksi. AKI tidak terlepas dari AKB, AKB adalah kematian bayi yang terjadi pada usia 0-11 bulan (termasuk neonatal) tetapi bukan karena kecelakaan, bencana, cedera, atau bunuh diri.

AKI dan AKB dapat ditekan dengan pengunjungan antenatal yang dilakukan ibu saat hamil. Kunjungan yang dilakukan dapat mencegah terjadinya komplikasi yang menyebabkan kematian ibu dan kematian bayi, selain itu kunjungan ini juga dapat mempengaruhi BBLR dan gizi buruk pada bayi.

Keberlangsungan kesehatan bagi anak juga dapat dilakukan dengan melakukan imunisasi. Imunisasi wajib dilakukan untuk melakukan preventif terhadap penyakit yang mengancam kesehatan.

Di bidang kesehatan, Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan dan menjadi salah satu komponen indeks pembangunan maupun indeks kualitas hidup (Sumarmi, 2017).

Menurut Ketua Komite Ilmiah International Conference on Indonesia Family Planning and Reproductive Health (ICIFPRH), Meiwita Budhiharsana, hingga tahun 2019 AKI Indonesia masih tetap tinggi, yaitu 305 per 100.000 kelahiran hidup.

Padahal, target 13 Vol. XI, No.24/II/Puslit/Desember/2019 AKI Indonesia pada tahun 2015 adalah 102 per 100.000 kelahiran hidup. 

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo, dalam acara Nairobi Summit dalam rangka ICPD 25 (International Conference on Population and Development ke 25) yang diselenggarakan pada tanggal 12-14 November 2019 menyatakan bahwa tingginya AKI merupakan salah satu tantangan yang harus dihadapi Indonesia sehingga menjadi salah satu komitmen prioritas nasional, yaitu mengakhiri kematian ibu saat hamil dan melahirkan. 

Baca juga : Bupati Memilih Orang yang Tepat Jadi Kadis Dikes Lombok Tengah

Baca Juga :  Sambut HUT Bhayangkara ke-78, Polres Loteng Gelar Bhakti Religi

Bagaimana dengan kasus AKI dan AKB di Lombok Tengah?.

Di Lombok Tengah (Loteng), Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi salah satu permasalahan yang mendapat perhatian pemerintah daerah saat ini, dimana AKI dan AKB di daerah ini masih terbilang lumayan tinggi.

Angka Kematian Ibu (AKI) di Lombok Tengah mengalami kenaikan setelah beberapa tahun sebelumnya mengalami penurunan. AKI tahun 2015 sampai 2017 mengalami penurunan, namun pada tahun 2018, AKI melonjak naik sampai hampir di 100 kasus kematian.

Kasus kematian yang terjadi pada tahun 2018 yang paling banyak diakibatkan oleh hipertensi dalam kehamilan, lalu disusul oleh pendarahan, gangguan sistem peredaran darah, infeksi, dan terakhir gangguan metabolik (Dinas Kesehatan NTB, 2018).

Kondisi kesehatan ibu saat hamil, tidak hanya mempengaruhi pihak ibu, namun bayi yang akan dilahirkan juga akan terpengaruh. Kondisi kesehatan bayi diukur dengan Angka Kematian Bayi (AKB).

AKB merupakan tolok ukur yang sensitif dari semua upaya intervensi yang dilakukan oleh pemerintah khususnya di bidang kesehatan (Dinas Kesehatan NTB, 2018). AKB berdasarkan data terbaru berasal dari data SDKI 2012, angka ini masih berada di atas angka nasional sebesar 32 per 1000 kelahiran (Sadewa, 2014). 

Walaupun AKB masih di atas nasional, kejadian kasus kematian bayi yang ada di Lombok Tengah mengalami penurunan. Penurunan yang jumlah kematian bayi menunjukkan adanya progres dari program yang dijalankan oleh pemerintah daerah dalam hal ini Dinas kesehatan Lombok tengah. 

Tingginya Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi di Lombok Tengah sangat dipengaruhi oleh minimnya pengetahuan masyarakat tentang proses kehamilan, serta masih sulitnya kesadaran Ibu-Ibu untuk datang dan berkunjung ke fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada.

Dinas Kesehatan Lombok Tengah terus menerus berupaya menekan AKI dan AKB melalui peningkatan Sumber Daya Petugas Kesehatan maupun fasilitas Kesehatan.

Untuk mengoptimalisasi Pelayanan Kesehatan (Yankes) pada Ibu di Masa Pandemi Covid-19, Dinas Kesehatan Lombok tengah melakukan langkah langkah strategis baik secara internal maupun ekternal.

Pada masa pandemic Covid-19 ini adalah era tantangan bagi tim medis di Lombok Tengah untuk memberikan pelayanan, sehingga para ibu bisa tetap sehat dan terhindar dari Covid-19.

Baca Juga :  Kasus Melandai, Ny. Putri Koster Ajak Masyarakat Jangan Abaikan Protokol Kesehatan

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) sampai saat ini perlu diturunkan lagi. Tapi tantangannya sangat besar, selain akibat dari penyampaian informasi yang harus terus-menerus, juga akibat Covid-19.

Dari data yang ada, kematian ibu saat ini sebagian besar akibat Non Obtetri. Selain itu pula penyebab kematian ibu adalah akibat pendarahan, Eksklansia dan Infeksi.

Hal ini harus di antisipasi dari awal. Sehingga bisa menurunkan kematian para ibu dan meminimalkan kejadian-kejadian yang sangat serius.

Pencegahan terjadinya komplikasi kehamilan, dapat dicegah dengan melakukan kunjungan rutin ke pelayanan kesehatan. Ibu hamil yang sering mengunjungi pelayanan kesehatan akan mengetahui kondisi janin dan kondisi ibu tersebut sehingga dapat mempertahankan kesehatan ibu dan calon anaknya. 

Di perlukan adanya SOP dalam menangani AKI dan AKB ini. SOP nantinya menjadikan sebuah acuan teknis yang terstandarisasi pada semua fasilitas kesehatan yang ada di Lombok tengah. Selain itu, sistem rujukan juga harus dibenahi sejak awal. Bagaimana koordinasi yang dilakukan antara desa, kecamatan maupun Kabupaten. Dikarenakan fasilitas kesehatan sudah sampai tingkat Desa.

Namun, model koordinasi internal harus dibuat. Belum lagi model koordinasi ekternal antar Dinas. Seperti Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit Umum daerah (RSUD). 

Dimasa pandemi ini juga diperlukan strategi bagaimana penanganan sistem rujukan bagi ibu ketika masuk layanan. Apakah dimulai dengan protocol kesehatan yang sudah ada, atau langsung melalui rapid test terlebih dahulu. Hal ini juga harus dibuatkan standarisasi yang sama pada semua fasilitas kesehatan yang dimiliki oleh Pemerintah daerah.

Keberhasilan pemerintah daerah jika mampu meminimalkan bahkan menekan sampai angka nol dari AKI dan AKB. Hal ini, menjadi penting karena menyangkut keberlangsungan generasi.

Semoga semangat Lombok Tengah yang saat ini menjadi pintu masuk pariwisata bagi Indonesia timur juga ditularkan sebagai sebuah tambahan energy bagi petugas-petugas kesehatan di Lombok Tengah. Ini semua demi Lombok tengah yang “Maiq Meres”.

Penulis adalah Peneliti Lombok Research Center (LRC)

Barbareto
Barbareto
Informatif dan Menginspirasi

Related Articles

Stay Connected

2,593FansSuka
344PengikutMengikuti
112PengikutMengikuti
Iklan Berbayarspot_img
Iklan Berbayarspot_img

Latest Articles