Lombok Timur-NTB. BARBARETO – Upaya Pemerintah Kabupaten Lombok Timur melakukan relokasi terhadap pedagang yang ada disekitar perempatan Masjid At-taqwa Pancor, Kecamatan Selong, ternyata tidak berjalan mulus.
Upaya pemindahan pedagang yang ada di tempat tersebut, dinilai sebagai tindakan yang arogan. Pasalnya, para pedagang sebelumnya sudah meminta keringanan agar dipindahkan setelah bulan ramadhan tahun ini.
Namun dari pihak Pemda Lotim, sebelumnya dinilai melakukan tindakan penekanan terhadap pedagang yang ada disepuataran perempatan Masjid At-taqwa Pancor.
Dengan mengharuskan para pedagang di tempat itu supaya angkat kaki secepatnya. Tentu hal itu sangat merugikan para pedagang, sebab rata-rata pedagang di tempat itu mengejar momen bulan ramadhan karena dianggap banyak pembeli yang berdatangan pada bulan puasa.
“Hendaknya bersosialisasi dengan baik, tidak usah arogan seperti itu,” peringat M. Tahir Royaldi, yang mewakili keluhan pedagang ketika melakukan hearing di kantor Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Lotim.
Pada dasarnya, Ia menegaskan bahwa pedagang yang ada disana telah mendukung sepenuhnya relokasi yang dilakukan oleh Pemda Lotim tersebut.
“100% kami mendukung proyek ini, tidak ada hambatan,” tegasnya.
Sebab nantinya di tempat itu, dijelaskan olehnya akan dibangun ruang terbuka hijau untuk mendukung brand wisata religi yang ada di kota santri pancor.
Namun, kata Tahir dalam proses relokasi seharusnya Pemda Lotim lebih mengedepankan tindakan persuasif. Mengingat, bulan ramadhan merupakan instrumen yang mendukung perekonomian pedagang di tempat tersebut.
“Boleh program setinggi langit, tapi kalau warga tidak nyaman maka tidak akan jalan itu,” tuturnya.
Menanggapi persoalan tersebut, Sekretaris Daerah Lotim H. M. Juaini Taofik mengatakan pada dasarnya Pemda Lotim tidak pernah berniat penyakit perasaan pedagang.
Karena kata pria yang akrab disapa Kak Ofik itu, hajatan Pemda Lotim saat ini sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yakni mewujudkan kota santri pancor sebagai salah satu ruang terbuka hijau.
“Supaya lebih adem dan kondusif di pancor yang notabenenya sebagai kota santri,” ujarnya.
Mendengar keluhan dari pedagang tersebut, maka dari itu pihaknya akan menerima permintaan pedagang agar proses relokasi dijalankan setelah bulan ramadhan nantinya.
“Lebih baik kita mengalah dengan masyarakat,” ucap Sekda sambil menegaskan bahwa kesepatan hearing kali ini yang akan menjadi acuan ke depannya bagi pedagang dan Pemda Lotim.
Adapun jumlah pedagang di tempat itu, Ia menyebut kurang lebih ada sekitar 40 orang. Dengan menghasilkan kesepakatan itu, maka pihaknya juga meminta supaya pedagang bersedia direlokasi tiga hari setelah lebaran nantinya.
“H+2 setelah lebaran itu nantinya bukan untuk dirobohkan secara langsung, tapi itu mulai disentuh pembangunannya,” jelas Sekda.
Dalam hal ini, Pemda Lotim juga telah berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi NTB. Untuk melakukan relokasi setelah hari raya idul fitri, dan rencana itu telah diamini oleh Wakil Gubernur NTB Hj. Sitti Rohmi Djalilah.
“Bahkan Ibu Wakil Gubernur juga telah sepakat, yang penting direlokasi selesai lebaran,” ujarnya. (gok)