Lombok Tengah, Barbareto.com – Sejumlah masyarakat Desa Selong Blanak, Kecamatan Praya Barat, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), bersitegang dengan ‘preman’ atau orang sewaan milik perusahaan ritel modern yang hendak buka di wilayah tersebut.
Hal itu diduga dipicu karena adanya pendirian supermarket yang tak mengantongi izin dari pemerintah maupun warga setempat.
Dalam video yang diterima media ini, tampak sejumlah warga Desa Selong Blanak terlibat saling dorong dengan orang sewaan perusahaan. Terlihat warga menolak untuk memberikan izin menurunkan barang dari kendaraannya.
Hal itu pun menyebabkan situasi semakin memanas bahkan hampir menyebabkan adu pukul di lokasi bangunan supermarket tersebut. Terpantau juga sejumlah emak-emak terlihat ikut marah dengan sikap para preman itu yang ngotot hendak menurunkan barangnya.
Salah satu warga Desa Selong Blanak, Lalu Sikir, mengatakan, aksi tersebut dilakukan karena tak adanya izin pembangunan supermarket tersebut. Ia menilai sampai saat ini pihak perusahaan belum mampu menunjukkan ke masyarakat.
“Bagaimana kami tidak marah, mereka tiba-tiba mau menurunkan barang mereka. Tanpa ada izin dari pemerintah dan kami sebagai masyarakat setempat,” kata Sikir kepada media, Jumat (25/4/2025).
Menurut Sikir, yang membuat situasi sangat semakin mencekam. Warga sekitar melihat puluhan orang sewaan yang berjejer di depan ritel untuk melawan jika adanya penolakan dari masyarakat.
“Ini lah yang membuat kami semakin marah. Mereka ini membawa preman dari luar seolah menantang kami sebagai masyarakat,” ujarnya.
Dikatakan juga, orang lapangan perusahaan diduga memalsukan tandatangan sandingan warga sekitar. Hal itu dinilai akan menjadi syarat untuk mengajukan izin di pemerintahan.
“Katanya pada warga di bawah untuk membuat sertifikat lahan. Tapi tidak lama kemudian kami melihat ada bangunan supermarket. Kan bingung kita, tiba-tiba ada,” bebernya.
Tak itu saja, bangunan tersebut berdiri tanpa menyediakan area parkir yang layak. Ia menyebut supermarket itu akan mengganggu akses jalan masyarakat.
“Bagaimana bisa pemerintah memberikan izin pembangunan ini. Masak ada supermarket tidak punya parkir, jangan sampai nanti pembeli mereka parkir di jalan yang akan mengganggu aktivitas warga,” ucap Sikir.
Setali tiga uang, warga lainnya, Lalu Purna, menjelaskan, adanya pembangunan ini dinilai akan mencekik pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Hal itu dikarenakan bangunan itu persis di area warung masyarakat.
“Ini kan sama saja mau membunuh masyarakat. Makanya kami minta kepada pemerintah desa maupun pemerintah daerah untuk tegas. Apakah mau bela masyarakat atau para pemodal,” tegasnya.
Selain itu, warga juga menyayangkan sikap apatis nya pemerintah daerah. Padahal, ia mengaku sejak awal sudah menentang adanya pembangunan tersebut namun tak ada upaya untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat.
“Memang kami pernah diundang untuk dimediasi di kantor desa. Tapi ternyata kepala desa sendiri yang tidak hadir. Makanya kami mau gimana lagi kalau sekarang seperti ini,” ungkap Purna.
Ia menegaskan, situasi di Desa Selong Blanak saat ini sangat mencekam. Ia khawatir situasi semakin runyam ketika tak ada sikap aktif pemerintah.
“Karena aksi seperti ini sudah beberapa kali. Tapi sampai sekarang tidak ada langkah kongkritnya,” imbuhnya.
Terpisah, Kapolsek Praya Barat AKP Lalu Punia Asmara yang dikonfirmasi media membenarkan kejadian tersebut, Ia menyebut peristiwa itu berlangsung pada Kamis (24/4/2025) di depan supermarket tersebut.
“Iya benar itu terjadi kemarin. Tapi alhamdulillah dapat diredam,” katanya.
Ia menjelaskan, kejadian itu telah berlangsung beberapa kali bahkan sampai berujung saling lapor. Punia mengaku sudah berupaya mempertemukan kedua belah pihak. Namun tak kunjung ada solusi.
“Tapi insyaallah nanti siang akan ada pertemuan di kantor camat. Mudah-mudahan ada titik terang nantinya,” ujarnya.