Lombok Tengah, Barbareto.com – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) NTB menggelar peningkatan kapasitas penanggulangan stunting berbasis perubahan perilaku dan pemberdayaan masyarakat di.
Kegiatan peningkatan kapasitas tersebbut dilaksanakan di Desa Semparu Kecamatan Kopang, Lombok Tengah, Rabu (31/07).
Peningakatan kapasitas tersebut merupakan salah satu Implementasi kegiatan kerjasama BRIDA NTB dengan BRIN selama lima tahun yang melakukan kajian dan penelitian tentang potensi daerah dan penyelesaian persoalan daerah.
Koordinator Bidang PKPT Dasat BRIN, Sudarmin, St, MM, dalam sambutannya menekankan, hasil riset tidak semestinya hanya berakhir menjadi tulisan atau buku namun harus diimplementasikan masayarakat di tingkat desa, pemerintah dan Industri.
Sudarmin menyebut, dipilihnya peningkatan kapasitas untuk penanggulangan stunting dikarenakan stunting masih menjadi persoalan di Provinsi NTB.
“BRIN akan bersinergi dengan BRIDA selama 5 tahun, salah satunya menanggulangi stunting dengan merubah perilaku masyarakat dengan mendatangkan ahli dibidang stunting dan pemberdayaan bahan baku lokal”, ujarnya.
Ia berharap bisa meningkatkan pengetahuan peserta dalam kegiatan tersebut tentang stunting sehingga disampaikan kepada masyarakat luas dikarenakan banyak yang salah persepsi dalam menyikapi stunting.
Pengguna teknologi juga merupakan sasaran BRIN untuk melakukan peningkatan kapasitas. “Itulah yang akan coba kami bantu dengan melakukan pelayanan peningkatan kapasitas pengguna teknologi”, terangnya.
Selaian itu, BRIN juga menghadirkan pelaku UMKM dengan harapan mereka dapat memproduksi makanan yang mempunyai nilai gizi tinggi yang berbasis komoditas lokal.
Di tempat yang sama, Kepala BRIDA NTB, Lalu Suryadi mengatakan, angka stunting NTB berjumlah 32,70 persen masih diatas angka rata-rata nasional sebesar 24,40 persen.
Suryadi menjelaskan, banyak faktor yang menjadi penyebab stunting seperti faktor budaya dan kebiasaan masyarakat, lingkungan yang tidak bersih sehingga dapat memicu stunting akibat kurangnya nutrisi yang dserap tubuh anak.
“Budaya seperti menyapih bayi juga berpotensi menularkan penyakit. Selain itu, faktor pendidikan yang kurang menjadikan masyarakat tidak faham tentang kesehatan”, ungkapnya.
Persoalan tersebut menurut Suryadi harus segera diselesaikan setelah melakukan kajian mencari penyebab persoalan tersebut. “Setelah itu baru kemudian melihat apa potensi yang kita miliki untuk bisa mengatasi penyebab persoalan ini”, terangnya.
Menurutnya, untuk menyelesaikan persolan tersebut salah satunya dengan melakukan sosialisasi yang tidak hanya dengan menyasar bayi selaku objek saja, namun juga dengan melakukan sosialisasi mulai dari tingkat remaja yang nantinya akan menjadi orang tua.
Meski angka stunting di Lombok Tengah di bawah angka nasional dan cendrung menurun, namun Ia menghimbau untuk tetap waspada karena angka tersebut terus bergerak mengikuti angka kelahiran yang terjadi tiap hari.
“Kegiatan peningkatan kapasitas dilaksanakan di desa karena merupakan ujung tombak pemerintahan sehingga nanti kemudian melakukan pemetaan”, tutupnya. (Fer)