Minggu, Juli 6, 2025
BerandaBerita TerbaruWarga Desa Loyok Soroti Bank Sampah, Ada Apa?

Warga Desa Loyok Soroti Bank Sampah, Ada Apa?

Lombok Timur-NTB. BARBARETO – Masyarakat Desa Loyok, Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur menilai keberadaan Bank Sampah yang dibangun oleh pihak pemerintah Desa Loyok belum menunjukkan dampak yang signifikan di tengah lingkungan masyarakat.

Pasalnya, sampai dengan saat ini masih banyak tergeletak sampah-sampah baik organik maupun non-organik di lingkungan masyarakat Desa Loyok, yang notabenenya menjadi tempat Bank Sampah yang dibuat oleh Pemdes Loyok.

Bahkan, salah satu warga yang enggan disebut namanya menuturkan bahwa faktanya Bank Sampah yang bertujuan untuk menangani sampah, justru diduga menjadi ajang bisnis yang di lakukan oleh pihak pengelola Bank Sampah, yang dibuat oleh Pemdes Loyok tersebut.

“Kami melihat keberadaan bank sampah itu belum maksimal sampai saat ini, karena seharusnya itu bertujuan menangani sampah, bukan malah sebagai ajang bisnis,” tegas warga tersebut, pada Sabtu, 26 Desember 2020.

Buktinya, semenjak Bank Sampah tersebut dibangun, menurutnya sampai dengan saat ini petugasnya belum bisa mengolah sampah non-produktif. Seperti sampah yang berbahan dasar kimia.

Ia mengatakan bahwa petugas Bank Sampah itu, hanya bisa mengolah sampah yang produktif seperti kardus, plastik dan yang lainnya.

“Mana ada sampah berbahan kimia diolah disana, yang mereka olah hanya sampah produktif saja seperti kardus, plastik dan lainnya,” sebutnya.

Yang lebih parah lagi, dirinya menilai bahwa petugas yang bekerja di Bank Sampah itu ialah orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan pegawai Pemdes Loyok.

“Bisa dicek dari mana saja yang kerja atau sebagai pengurus di bank sampah itu, yang kami ketahui ada yang berasal dari keluarga dari pegawai Pemdes Loyok dan simpatisan orang-orangnya saja,” ulasnya.

Ia juga merasa heran dengan pembuatan Bank Sampah yang berlokasi di Desa Gelora, padahal itu dibuat atas anggaran yang diberikan oleh Pemerintah Provinsi NTB kepada Pemdes Loyok.

Seharusnya, pembuatan Bank Sampah itu berlokasi di wilayah Desa Loyok bukan Desa Gelora. Yang pada dasarnya, masyarakat Desa Gelora hanya akan mendapatkan dampak negatif dari limbah sampah-sampah tersebut.

“Kalau aturan main tentang pembangunan bank sampah itu memang kami belum ketahui pasti, tapi masak ia mereka yang dapat anggaran kemudian di bangun di wilayah Desa lain?,” tanyanya.

Sampai dengan saat ini, ia menyebut bahwa pihak dari pengurus atau pekerja yang ada di Bank Sampah itu. Belum melakukan sosialisasi kepada masyarakat sekitar Desa Loyok, tentang dampak yang ditimbulkan dengan keberadaan Bank Sampah tersebut.

Terpisah, Sekretaris Desa Loyok Isnaeni sekaligus sebagai penanggung jawab Bank Sampah itu menjelaskan, bahwa Bank Sampah yang dibangun tersebut memang tidak hanya diperuntukkan Desa Loyok. Namun itu bersifat kelompok yang nantinya bisa dimanfaatkan oleh bank-bank sampah yang ada disekitar Loyok

“Itu bukan bank sampah untuk Loyok, jadi itu kita buat kelompok. Nantinya itulah yang mengakomodir bank-bank sampah yang ada di Desa tetangga,” paparnya.

Ia menyebut beberapa Desa yang menjadi konsep awal untuk droping ke Bank Sampah yang dibuat tersebut, seperti Desa Gelora, Desa Loyok, Desa Kotaraja, Desa Tete Batu, dan Desa Kembang Kuning.

Jadi, menurutnya jika Desa-Desa tetangga yang sudah mempunyai bank sampah, nantinya akan di akomodir tempat pengolahan sampah agar satu pintu, yakni Bank Sampah yang dibuatnya tersebut.

Sehingga nantinya bank sampah yang dibuat oleh kelompok Desa Loyok itulah yang akan membeli sampah, yang ada di bank-bank sampah Desa tetangga.

“Itu konsep awalnya, jadi kalau desa-desa itu punya bank sampah, kita yang akan beli sampahnya” tandasnya.

Namun saat ini, ia mengatakan dampak pandemi Covid-19 sangat dirasakan oleh kelompok Bank Sampah Loyok. Terlebih lagi, saat ini harga jual sampah yang tidak sesuai dengan harapannya.

Sehingga harga jual yang ditawarkan oleh masyarakat penghasil sampah, masih kurang dengan harga yang dibeli oleh kelompok Bank Sampah Desa Loyok.

“Tapi karena pandemi, kita kalah di harga,” ucapnya.

Terkait dengan anggaran, diakuinya memang berasal dari Pemerintah Provinsi. Dengan jumlah anggaran 300 juta untuk seluruh pembangunan Bank Sampah tersebut.

“Memang itu anggarannya dari Provinsi, untuk pembangunan dan semuanya itu menghabiskan biaya 300 juta,” imbuhnya.

Kendati pembangunan bank sampah yang berada di wilayah Desa Gelora, kata Isnaeni itu diperbolehkan. Karena pada waktu pembangunan, lahan yang siap pada waktu itu ialah Desa Gelora.

“Dimana saja yang penting ada lahan pada waktu itu, dan yang siap itu adalah wilayah Gelora,” katanya ketika di tanya oleh media terkait dengan diperbolehkan atau tidak Bank Sampah itu dibangun di luar Desa Loyok. (gok)

Barbareto
Barbareto
Informatif dan Menginspirasi
RELATED ARTICLES

Most Popular

Recent Comments