20.3 C
Lombok
Jumat, Juni 27, 2025

Buy now

TNI Sepakat Hapus Tes Keperawanan Seleksi Penerimaan Prajurit Wanita

barbareto.com | Jakarta – Tentara Nasional Indonesia (TNI) baik itu Angkatan Darat (AD), Angkatan Udara (AU) dan Angkatan Laut (AL) sepakat tidak lagi menggunakan seleksi tes keperawanan ketika rekrutmen calon prajurit perempuan.

Dilansir dari CNNIndonesia.com, Kepala Dinas Penerangan TNI AU (Kadispenau) Marsma Indan Gilang Buldansyah, menyebut tes kesehatan bagi calon prajurit TNI AU perempuan telah diatur dalam Keputusan KSAU Nomor Kep 329/XI/2019 dan Nomor Kep 330/XI/2019.

“Di dalam aturan Keputusan KSAU tidak ada disebutkan tes keperawanan,” ucap Indan. (12/8/21)

Ia melanjutkan, tes terhadap alat reproduksi calon prajurit perempuan berfokus pada aspek kesehatan. Tes tersebut untuk mengantisipasi keberadaan penyakit kista atau yang lain, yang bisa mengganggu ketika menjalani pendidikan dasar kemiliteran.

Sementara tujuan tes kesehatan itu secara umum, menurutnya adalah untuk mendapatkan calon prajurit yang sehat dan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.

“Tes kesehatan reproduksi dilaksanakan untuk mengantisipasi ada yang mengidap kista atau kesehatan reproduksi lainnya dan mengganggu pendidikan dasar kemiliteran dan juga pada saat menjadi prajurit aktif,” jelasnya.

Senada dengan hal itu, Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama TNI Julius Widjojono mengatakan, pihaknya tidak memberlakukan tes keperawanan terhadap calon prajurit, melainkan tes kehamilan.

“Pemeriksaan virginitas atau keperawanan tidak ada, yang diperiksa adalah kandungan dan kehamilan,” imbuh Julius.

Dia juga menyebut, tes terhadap varikokel, testis, dan penyakit kelamin termasuk bagian dari tes kesehatan umum. Menurutnya, tes kesehatan yang dilakukan terhadap calon prajurit perempuan dan laki-laki tidak ada bedanya.

TNI AL menyebut rangkaian tes itu sebagai batery test. Pada tahap itu, kondisi fisik, psikologis, mental, dan ideologi calon prajurit diperiksa dengan ketat.

“Dengan cek kesehatan seperti itu maka akan diketahui kondisi lengkap calon-calon prajurit TNI AL. Gendernya jadi jelas, kondisi fisiknya juga jelas,” pungkasnya.

TNI Sepakat Hapus Tes Keperawanan Seleksi Penerimaan Prajurit Wanita

Sementara itu, Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal Andika Perkasa menyampaikan, bahwa pihaknya telah mengevaluasi sebagian materi untuk seleksi penerimaan Korps Wanita Angkatan Darat (Kowad), termasuk di dalamnya menghilangkan tes keperawanan.

“Kita itu setiap tahun selalu memperbaiki apa yang perlu diperbaiki karena memang itulah sebuah organisasi. Organisasi yang mau maju dia harus memperbaiki diri,” terang Andika mengkutip dari merdeka.com pada Rabu kemarin.

Andika menjelaskan, semenjak awal Mei 2021 pihaknya telah memperbaiki materi dalam hal rekrutmen, baik itu materi untuk prajurit pria maupun wanita. Bahkan untuk seluruh tingkat jabatan yang ada di dalam tubuh TNI angkatan darat.

“Baik itu mulai dari tingkat yang terbawah, Tamtama, Bintara, maupun Perwira. Itu kita bahas, kita evaluasi, dan kita perbaiki,” tandasnya.

Salah satu contohnya, Ia menyebut untuk tes buta warna materinya sudah mengalami menambahan, dari yang sebelumnya menggunakan metode Ishihara, kini disempurnakan dengan metode Hardy Rand Rittler. Tentunya hal tersebut dilakukan supaya seleksi menjadi lebih ketat dan teliti.

“Buta warna itu kan spektrum dari nol sampai 100. Mungkin waktu Ishihara hanya beberapa saja yang buta warna tetapi tak ter-detect ada, tetapi sekarang enggak bisa lagi,” ujar Andika.

Dia juga menerangkan pada pemeriksaan ginekologi yang tidak lagi menyasar ke inspeksi vagina dan serviks. Namun tetap memeriksa abdomen atau perut, genitalia luar dan genitalia dalam.

“Kemudian hymen atau selaput dara. Tadinya juga merupakan suatu penilaian. Hymennya utuh atau hymen rupturnya sebagian, atau hymen ruptur yang sampai habis. Sekarang enggak ada lagi penilaian itu. Karena memang tujuan tadi, penyempurnaan materi seleksi itu lebih ke bagaimana tujuannya ya kesehatan, satu, menghindari suatu insiden yang menghilangkan nyawa, jadi orang harus siap,” paparnya.

Pada pemeriksaan struktur tulang belakang yakni penyimpangan dari lateral kanan dan lateral kiri, sebelumnya kemiringan penyimpangan yang diterima hanya sampai 5 derajat, namun saat ini kata Dia ada toleransi sampai dengan 20 derajat.

“Jantung. Sama, jantung juga begitu, tadinya kurang teliti kita tambahkan proses pemeriksaan yang lebih teliti,” sambungnya.

Dari semua contoh yang disebutkan tadi, kata Andika, merupakan fokus demi mengantisipasi terjadinya insiden saat latihan prajurit. Jadi menurutnya, jangan sampai ada parjurit yang kehilangan nyawa karena organ tubuhnya gagal ataupun membahayakan rekan sesama anggota selama pelatihan berlangsung.

“Karena memang pada saat latihan itu kita akan berada pada posisi kondisi fisik yang mepet, jadi itu semua masuk ke penyempurnaannya. Sehingga yang tidak ada lagi hubungannya sudah enggak perlu lagi,” ucap Andika. (gok)

- Advertisement -
Barbareto
Barbareto
Informatif dan Menginspirasi

Related Articles

Stay Connected

2,593FansSuka
120PengikutMengikuti
195PelangganBerlangganan

Latest Articles