BARBARETO.com | KONSEPSI NTB bersama PATTIRO melalui Program Voice for Inclusiveness Climate Railience Actions (VICRA) menggelar diskusi bersama kelompok masyarakat dalam penyusunan rencana aksi adaptasi menghadapi perubahan iklim di Kabupaten Lombok Timur, Sabtu 21 Mei 2022.
Kegiatan yang harapannya akan dapat dapat mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang terkait dengan adaptasi perubahan iklim tersebut dihadiri dan diikuti oleh kelompok masyarakat dari tiga Desa di Lombok Timur, yakni Desa Suralaga, Pandanwangi, dan Pesanggrahan.
Selain itu hadir pula perwakilan dari Bappeda Lotim, Dinas Pertanian, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD).
Kegiatan ini juga mengacu pada Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN API) yang sejalan dengan Kebijakan Pembangunan Berketahanan Iklim (KPBI) 2020-2045 yang dikeluarkan oleh Bappenas.
Dr. Moh. Taqiuddin selaku Direktur sekaligus specialis climate resilence menjelaskan, diskusi ini selain untuk mencari peluang dan dinamika terkait issue ketahanan iklim, juga bertujuan untuk menyusun rencana aksi di pembangunan berketahanan iklim.
Baca juga : INOVASI NTB Gelar Lokakarya Pendidikan Inklusif dengan Universitas Hamzanwadi
Dimana pada akhirnya nanti, diharapkan dapat membangun komitmen untuk pembangunan berketahanan iklim dan dapat mencapai arah kebijakan pembangunan berketahanan iklim.
“Tentunya Dengan melihat RPJMN 2020-2024, pernyataannya sudah dijelaskan dalam bab VII terkait pembangunan berketahanan iklim. Melalui pelaksanaan kegiatan ini, harapannya akan teridentifikasi kegiatan-kegiatan yang terkait dengan adaptasi perubahan iklim,” jelasnya.
Masih sambung Taqi, selain itu dari kegiatan ini juga akan dapat teridentifikasi kegiatan-kegiatan baik yang dilakukan oleh OPD terkait maupun oleh pihak lain dan masyarakat, termasuk berbagai hambatan dan permasalahan yag dihadapi dalam implementasi program.
“Disamping itu ini bagian dari metode kita dalam merumuskan langkah-langkah strategis, serta solusi yang mendukung effektivitas pelaksanaan kegiatan agar pemahaman publik mengenai perubahan iklim lebih massif,” sambungnya.
Dilanjutnya, dari data informasi yang didapatkan di lapangan di tingkat Desa. Nanti akan menjadi bahan untuk menjadi diskusi di Kabupaten, sehingga menurutnya akan terbuka ruang untuk masyarakat dalam bersuara.
“Harapan kami Pemda akan menjadi cepat dalam menangkap apa yang menjadi permasalahan di lapangan, utamanya kaitan dengan dampak dari issue perubahan iklim ini,” bebernya.
Pihaknya-pun berharap, dari program tersebut jangka panjangnya nanti masyarakat mejadi tangguh dan dapat beradaptasi dengan karaterirstik ancaman dari dampak perubahan iklim yang akan dihadapi di wilayah masing-masing.