BARBARETO.com | Penemuan tukik (bayi penyu) di destinasi wisata baru Sunrise Land Lombok (SLL), di pantai Montong Meong, Desa Labuhan Haji pada hari Senin 30 Mei 2022 kemarin mendapat respon positif dari berbagai pihak. Pasalnya, pihak pengelola SLL menemukan tukik yang jumlahnya mencapai lebih dari 50 ekor dan beberapa butir telur penyu yang belum menetas.
Dosen Kajian Pariwisata Universitas Gadjah Mada (UGM), Tri Kuntoro Priyambodo memberi perhatian khusus terkait temuan tukik tersebut.
“Perlu ada perhatian khusus untuk melakukan konservasi penyu di Sunrise Land Lombok, karena itu bisa menjadi daya tarik wisata yang istimewa,” ucapnya melalui media komunikasi daring, pada Selasa (31/5/22).
Ia juga menyampaikan bahwa telah berkoordinasi dengan pakar Penyu yang bisa diterjunkan ke lapangan untuk mendampingi pengeloa Sunrise Land Lombok terkait konservasi Penyu.
“Melalui komunikasi daring ini, saya juga mewakili komitmen UGM yang akan menjadikan Sunrise Land Lombok, Labuhan Haji, Lombok Timur sebagai destinasi binaan, berkolaborasi dengan Universitas Mataram (UNRAM),” tutupnya.
Baca juga : Lindungi dan Lestarikan Biota Laut, Kapolsek Pemenang Dampingi Pelepasan Tukik di Pantai Nipah
Sementara itu, Direktur Pengelola Wisata Sunrise Land Lombok, Qori’ Bayyinaturrosyi menjelaskan kronologi penemuan tukik bermula dari ketidaksengajaan salah seorang anggota jaga malam yang sedang berpatroli di wilayah tersebut.
“Pihak pengelola berencana akan membuat kolam penangkaran Penyu. Namun, setelah bermusyawarah dan melakukan koordinasi dengan beberapa pihak, pertimbangan kendala keahlian yang minim terkait cara pemeliharaan akhirnya pihak pengelola memutuskan akan melepasliarkannya,” jelasnya.
Semacam gayung bersambut, pada Selasa (31/5/22), PLT Kadispar Lotim, Widayat, S.Pd., M.Pd., beserta jajarannya berkunjung langsung ke destinasi SLL itu. Widayat mengapresiasi perubahan signifikan yang telah dilakukan oleh pengelola baru.
“Kini destinasi ini terawat, bersih, dan tertata,” ungkapnya.
Dalam kunjungannya itu, Kadispar beserta beberapa wisatawan milenial melakukan pelepasliaran tukik secara bersamaan. Widayat berharap, keberadaan Penyu di Sunrise Land Lombok bisa menjadi daya tarik yang bagus bagi pengembangan pariwisata, sehingga mampu menjadi katalisator mengembalikan kejayaan Labuhan Haji.
Perlu untuk diketahui Sunrise Land Lombok merupakan destinasi baru yang dikelola berbasis masyarakat. Dahulu destinasi ini dikenal dengan nama Taman Labuhan Haji, Pantai Sepolong.
Oleh direktur pengelola baru yang merupakan alumni Magister Kajian Pariwisata UGM, Qori’ Bayyinaturrosyi, Pemuda kelahiran Dusun Montong Meong ini berharap, semoga Sunrise Land Lombok bisa memberikan kesejahteraan hidup bagi masyarakat. Seperti slogannya, Sunrise Land Lombok; Cahaya Kehidupan Bermula di Sini. (Yusri)