barbareto.com | Lombok Timur – Ikhtiar meningkatkan kapasitas literasi dan numerasi bagi peserta didik tingkat Madrasah Ibtida’iyah (MI) yang ada di Lombok Timur (Lotim) terus berlanjut. Hari ini, Rabu 11 Agustus 2021, Institut Agama Islam Hamzanwadi Nahdlatul Wathan (IAIH NW) Pancor dalam kemitraannya dengan program INOVASI menggelar pelatihan yang ditujukan bagi 40 Kepala Sekolah (Kepsek) dan 40 Komite MI di 40 Madrasah sasaran yang tersebar di Lotim.
Pelatihan akan diselenggarakan selama dua hari yakni dari tanggal 11 sampai dengan 12 Agustus 2021, dan akan berlangsung di dua tempat yang berbeda yaitu di MI Hamzanwadi 01 Pancor dan MI NW 05 Pancor. Adapun tujuan dari pelatihan kali ini untuk menguatkan kapasitas Kepsek dan Komite MI sasaran dalam literasi dasar yang inklusif.
Pada sesi pelatihan untuk Kepsek dan Komite ini, nantinya seluruh peserta akan diberikan instrumen supervisi atau penilaian yang dilakukan oleh Kepsek kepada guru-guru yang yang mengimpelementasikan program literasi di kelas I sampai dengan kelas III. Program peningkatan literasi yang dikembangkan oleh IAIH NW Pancor, bernama Madrasah Unggul Anak Hebat yang kemudian disingkat MAULANA.
Tingkat literasi di Nusa Tenggara Barat (NTB) utamanya di Lotim masih sangat memprihatinkan. Pandemi Covid-19 yang sudah melanda sejak tahun lalu dan membuat sekolah tidak beroperasi secara optimal, ditengarai telah memperburuk profil keterampilan literasi di Kabupaten Lombok Timur ini. Inilah yang kemudian yang membuat Lotim menjadi sasaran untuk upaya peningkatan literasi dari program Kemitraan antara pemerintah Indonesia dan Australia ini.
Manager Program MAULANA IAIH NW Pancor, Heri Hadi Saputra menyampaikan, berdasarkan hasil asesmen yang dilakukan oleh Guru ternyata didapatkan fakta beberapa Madrasah dalam kondisi memprihatinkan.
“Ada satu sekolah yang tidak masuk dalam kategori III, tidak ada kategori yang masuk dalam paragraf dan cerita itu tidak ada, hanya baru bisa merangkai kata menjadi kata dan menjadi kalimat saja. Apalagi kalau kita berbicara tentang membaca pemahaman pada anak kelas III ini belum, nah itulah yang kemudian melatarbelakangi kita untuk lebih bekerja keras karena kondisi anak-anak kita ini, khususnya di masa pandemi ini memang kompetensinya menurun,” kata Heri ketika memberikan sambutan di MI Hamzanwadi 01 Pancor. (11/8/21)
Ia melanjutkan, penurunan kompetensi peserta didik itu salah satu contohnya seperti ada beberapa siswa yang sebelumnya bisa merangkai dan mengenal huruf ketika duduk di bangku kelas I dan II, kemudian ditemukan fakta bahwa hari ini siswa tersebut sudah tidak bisa lagi berbuat demikian. Hasil riset yang dilakukan beberapa waktu yang lalu menunjukkan data, sekitar 30% sampai dengan 55% peserta didik yang mengalami penurunan kemampuan.
Oleh sebab itulah, kata Heri persoalan tersebut menjadi fokus utama dari program MAULANA yang dikembangkan oleh IAIH NW Pancor saat ini. Pelatihan yang ditujukan kepada Kepsek dan Komite MI ini, dikarenakan kedua unsur tersebut merupakan komponen utama dari pengembangan manajerial yang ada di masing-masing Madrasah, termasuk pada sistem pembelajaran.
“Jadi guru-guru kita ini sehabat apapun mereka, kalau tidak ada yang menggerakkan maka kemampuan mereka itu akan sia-sia, keterampilan mereka itu akan sia-sia. Maka kepala sekolah itu merupakan aktor kunci untuk melakukan perubahan pada level sekolah, jadi kalau kepala sekolahnya progresif saya yakin guru-guru kita juga akan ikut progresif, karena pemimpin itu pasti akan menjadi aktor kunci dari bergerak atau tidaknya sebuah organisasi, dalam hal ini sekolah yang kita pimpin masing-masing,” paparnya.
Dia berharap dengan adanya pelatihan bagi Kepsek dan Komite ini juga menjadi tonggak supaya Madrasah menciptakan gagasan baru, untuk mengembangkan tindak lanjut dari program yang saat ini. Sebab apapun bentuk program tersebut, pastinya bertujuan untuk memperbaiki kualitas lulusan dari sekolah.
“Maka salah satu caranya yaitu dengan memperbaiki kompetensi siswa kita pada hal literasi, yang mana literasi yang kita khususnya di sini yaitu literasi baca tulis, sebenarnya ada juga numerasi, tapi numerasi ini akan menjadi efek. Kita yakin kalau anak-anak kita sudah bisa baca, maka secara otomatis kemampuan berhitung dan mengenali angka-angka juga akan meningkat,” tandasnya.
Sampai dengan saat ini, pihaknya telah membuat modul untuk mengenali metode yang ada di dalam program MAULANA tersebut, nantinya modul-modul itu kemudian akan dibagikan kepada 40 Madrasah sasaran. Hal itu juga bertujuan sebagai penunjang supaya Kepsek dan Komite bisa menggerakkan guru-guru untuk menjalankan literasi pada program MAULANA.
Selain untuk membangun kapasitas literasi bagi Kepsek dan Komite, Heri juga menyampaikan bahwa pelatihan ini bertujuan untuk membuka ruang kolaborasi dengan unsur-unsur yang relevan dengan program penguatan kapasitas literasi.
“Kami berharap Bapak dan Ibu bisa memberikan arahan, bisa memberikan supervisi kepada guru-guru kita yang menerapkan itu, sehingga dalam waktu enam bulan ke depan ini kita sudah bisa mengukur kembali hasil perkembangannya. Ini menjadi penting, karena yang namanya membaca itu memang menjadi lompatan yang utama bagi siswa untuk memperoleh hasil dari apa yang dipelajarinya,” jelasnya.
Senada dengan hal itu, Fasilitator Daerah (Fasda) yang sekaligus sebagai Pengawas MI Kecamatan Selong, Zuriatun Solihah menyebut, total ada 80 peserta yang ikut dalam pelatihan bagi Kepsek dan Komite kali ini. Dengan harapan ke depannya setelah mendapatkan pelatihan literasi, Kepsek dan Komite mampu merealisasikan dengan baik materi dan metode yang didapatkan.
“Dengan adanya penguatan bagi Kepsek dan Komite kali ini semoga madrasah-madrasah sasaran dapat mengimpelementasikan dengan baik apa yang didapatkan setelah melakukan pelatihan selama dua hari ini, ini menjadi penting karena melihat kondisi saat ini, terlebih di masa pandemi Covid-19,” tuturnya.
Dia juga mengaku bersyukur mendapatkan kepercayaan menjadi pemateri atau narasumber dalam pelatihan yang dilaksanakan kali ini, pasalnya jika pelatihan ini berdampak positif bagi pengelolaan madrasah, maka hal itu menjadi poin perubahan awal pada generasi literasi yang akan datang.
Sementara itu, Kepsek MI NWDI 02 Kelayu Saihun sangat berterimakasih dengan adanya pelatihan yang ditujukan kepada kepala madrasah, karena Ia sendiri mengakui saat ini tingkat literasi di NTB, khususnya di Lotim sangat rendah. Maka dari itu, dengan hadirnya program MAULANA yang dikembangkan oleh IAIH NW Pancor sangat membantu madrasah untuk mengembangkan kapasitas literasinya.
“Maka dari itu saya mewakili seluruh kepala madrasah yang hadir saat ini sangat mengapresiasi program pelatihan ini, karena sebagaimana kita ketahui kalau literasi kita di Lotim ini sangat rendah, dan itu juga salah satu faktornya ialah karena fasilitas di sebagian sekolah terkadang sangat kurang, seperti contohnya saat ini pasti ada sebagian sekolah atau madrasah yang kekurangan perpusatakaan,” beber Saihun ketika kegiatan pelatihan berlangsung. (gok).