Pada 30 Mei 1979, Lombok Utara, saat itu masih Lombok Barat, diguncang gempa bumi bermagnitudo 6,1. Saat itu saya kelas lima SD, saat bersekolah satu setengah tahun, karena awal tahun ajaran diubah oleh mendikbud Daud Yoesoef dari awal tahun menjadi mulai tengah tahun.
Gempa membuat banyak rumah warga yang rusak, korban jiwa juga cukup banyak, yakni sebanyak 37 orang meninggal dunia. Ini disebabkan pusat gempa sangat dangkal dan berada di tengah-tengah permukiman warga. Itu informasi BMKG yang bisa kita baca sampai sekarang.
Seingat saya semua sekolah rusak, termasuk sekolah saya di SDN Menggala, roboh. Kemudian pak Harto gerak cepat membangun SD-SD Inpres (Instruksi Presiden) se-Dayan Gunung.
Korban banyak di pertokoan di Tanjung, lantai dua. Ambruk, menimpa banyak pedagang. Termasuk Masjid kami, Masjid Hidayaturrahman Menggala juga rusak berat. Masjid kami yang semula berbentuk seperti Masjid-masjid lama, atap bertingkat, diubah menjadi bentuk Masjid seperti kampung lain.
Pada saat Masjid kami sedang dibangun, bulan Agustus 1979, Almagfurlah Maulanasyaikh memberikan pengajian umum di Masjid Hidayaturrahman Menggala.
Seingat saya beliau dibuatkan panggung di depan, di jendela yang belum dikasih kaca riben. Pada saat pengajian berlangsung, sangat saya ingat Almagfurlah terdiam sekitar sepuluh menit. Barulah beliau lanjutkan pengajian. Almagfurlah Maulanasyaikh mengatakan.
“Ke te pade bedoa, gurungku Syaikh Hasan Al-Masysyath bilinang (mari kita berdoa, guru saya Syaikh Hasan Al-Masysyath meninggal dunia)”.
Padahal saat itu tidak ada Handphone, ini salah satu karomah Almagfurlah Maulanasyaikh. Persitiwa yang terjadi di tempat ribuan kilo jauhnya di Makkah Al Mukarramah beliau langsung tahu, tanpa hubungan telpon dan lain-lain.
Saya duduk persis di depan, di bawah panggung, kejadian itu sangat membekas pada ingatan saya. Lama setelah itu saya baru tahu Sayyidi Asy-Syaikh Hasan Al-Masyath wafat pada hari rabu tanggal tujuh Syawwal tahun 1399 hijriyah, bertepatan dengan 31 Agustus tahun 1979 masehi. Beliau dikebumikan di pemakaman Ma’lah, Makkah Al-Mukarramah.
Saya kembali mengingat, dan menghubungkan bahwa pada bulan Agustus hari itu Almagfurullah Maulana Syaikh TGKHM Zainuddin Abdul Madjid sedang mengisi pengajian di masjid Hidayatullah Menggala, Dayan Gunung. Kampung masa kecil saya, tempat saya tinggal sampai menamatkan Sekolah Dasar, sebelum melanjutkan sekolah ke Lombok Timur.