Lombok Timur-NTB. BARBARETO – Aksi demonstrasi yang diinisiatori oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Instutut Agama Islam Hamzanwadi NW Pancor mendapat kecaman dari sebagian Mahasiswa lainnya.
Pasalnya, aksi yang dilakukan tersebut justru akan mencoreng nama institusi kampus. Karena selama ini IAIH NW Pancor dikenal sebagai kampus yang religius, dan mengedepankan musyawarah jika ada permasalahan.
Bahkan, aksi demonstrasi yang dilakukan oleh anggota BEM tersebut menurutnya tidak mewakili sama sekali aspirasi dari Mahasiswa IAIH NW Pancor. Mengingat, saat ini yang terpenting ialah bagaimana cara mencari solusi pembelajaran di saat pandemi Covid-19.
“Tentu itu akan sedikit mencoreng nama baik kampus, padahal kami selalu diajarkan bermusyawarah untuk menyelesaikan masalah. Demo itu juga tidak mewakili Mahasiswa” ucap Sahrul Hirwan, Mahasiswa semester akhir di IAIH NW Pancor, pada Rabu 23 Desember 2020.
Ia juga heran dengan sikap BEM yang selama ini terlalu membesar-besarkan permasalahan yang kecil di dalam kampus. Padahal itu tidak terlalu krusial, yang kemudian menyebabkan aksi berjilid-jilid.
Terlebih lagi, kata Hirwan yang dipermasalahkan itu adalah fasilitas kampus yang belum memadai. Justru menurutnya itu berbalik dengan fakta yang sebenarnya.
Sebab, iuran pembayaran semeseter di IAIH NW Pancor menurutnya sudah sangat terjangkau, dengan nominal kisaran 1 juta per enam bulan. Jika dibandingkan dengan kampus lainnya yang sampai dua kali lipat, bahkan tiga kali lipat.
“Kalau hanya mempermasalahkan fasilitas, coba saja bandingkan fasilitas kita dengan kampus lainnya di Lotim dengan bayaran hanya segitu,” imbuhnya.
Sementara itu, Saprul Juniardi Mahasiswa semester 9 sangat menyayangkan dengan sikap BEM yang menyerukan aksi demonstrasi berjilid-jilid di IAIH NW Pancor.
“Kami juga sayangkan demo itu, karena mahasiswa yang tidak ikut juga terkena dampak. Karena merasa terganggu dengan aktivitas seperti itu,” imbuhnya.
Ke depan ia mengharapkan aksi serupa tidak terjadi lagi, karena pastinya akan menganggu aktivitas belajar mahasiswa lainnya. Pasalnya tidak semua Mahasiswa juga setuju dengan apa yang di instruksikan oleh BEM.
Lebih detail lagi, ia mengatakan justru saat di masa pandemi Covid-19, BEM sebaiknya berbenah diri dengan sama-sama mencari solusi pembelajaran di tengah pandemi. Bukan malah melakukan aksi terus menerus.
“Mudahan saja nggak ada yang seperti ini lagi ke depannya, tentu mahasiswa lainnya juga merasa terganggu dengan aksi-aksi seperti itu,” ucapnya. (gok)