barbareto.com | Opini – Membincangkan soal pemuda, tak harus jemu dan gabut, karena pemuda adalah estafet kepemimpinan masa depan bangsa ini. Banyak yang bilang, melihat bangsa Indonesia puluhan tahun kedepan lihatlah generasi mudanya saat ini.
Semua kita bersepakat bahwa generasi muda selalu memiliki peran yang sangat penting dan startegis dalam perkembangan suatu bangsa dan negara, karena mereka adalah kelompok sosial yang menentukan masa depan sebuah bangsa.
Kini, maraknya terorisme, lemahnya skill, hingga perpecahan di kalangan generasi muda tak terelakkan telah ada di depan mata. Anak muda telah tergeret arus kepentingan berbagai gerbong kepentingan.
Mulai gerbong politik hingga gerbong kepentingan pihak luar/asing yang memiliki tujuan menghancur sendi sendi berbangsa. Belum lagi soal menurunnnya tata karma dikalangan generasi muda yang sudah jauh dari adat adat ktimuran yang kita miliki.
Sisi lain soal ideologi yang mulai tergrogotinya semangat nasionalisme dan patriotisme dikalangan para generasi muda. Akibatnya banyak generasi muda yang tidak memiliki jati diri sebagai bangsa, menganggap bahwa budaya asing merupakan budaya yang lebih modern dibanding budaya bangsa sendiri. Hal ini berakibat nilai-nilai luhur bangsa terabaikan hampir terjadi di sebagian besar generasi muda.
Lalu, apa sebab musababnya hal ini terjadi, satu diantaranya adalah para generasi muda bangsa kita, telah jauh dari lima nilai ajaran yang terkandung pada Pancasila.
Pancasila bukan sekedar simbol persatuan dan kebanggaan bangsa. Tapi, Pancasila adalah acuan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Oleh karena itu, kita wajib mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Tingkah laku sehari-hari kita harus mencerminkan nilai-nilai luhur Pancasila.
Pancasila bukan hanya milik Aparatur Negara, TNI dan Polri, tetapi Pancasila adalah amalan dan tatanan yang dimiliki oleh semua yang hidup di tanah air Indonesia, termasuk di situ adalah para generasi penerus bangsa yang bernama “Pemuda”.
Dalam konteks daerah, setidaknya ada tiga persoalan yang dihadapi oleh para generasi muda kita saat ini.
Satu, belum berdaya dan tidak ada visi dalam soal kemandirian ekonomi, hal ini terjadi karena tidak adanya skill yang dimiliki untu kemudian dapat dikembangkan, selain itu pulu tidak memiliki semangat yang kuat kearah itu untuk kemandirian ekonomi.
Dua, adanya tujuan pragmatisme yang mengikis visi untuk mengembangkan diri, sehingga iya lupa bahwa rasa asyik hari ini tidak serta merta bertahan untuk selamanya.
Tiga melemahnya rasa Nasionalisme yang berdampak pada rentannya perpecahan.
Momentum peringatan lahirnya Pancasila adalah wahana menarik kembali ingatan kita bahwa hajatan dijadikannya Pancasila sebagai pandangan hidup berbangsa, yang akan meretas dendam menjadi saling sayang, Memukul jadi saling rangkul, dan merubah benci menjadi saling Nasihati.
Jika semua ini telah ada maka Pancasila akan hadir menjadi perekat paling erat dalam membingkai keutuhan dalam menyelanggarakan tatananan berbangsa kita.
Wallahua’lam