22.2 C
Lombok
Sabtu, September 21, 2024

Buy now

Profil 7 Pahlawan Revolusi Korban G30S PKI

BARBARETO.com, Jakarta – Peristiwa Gerakan 30 September tahun 1965 atau di kenal dengan G30S PKI menewaskan 10 orang, diantaranya 6 perwira tinggi dan 1 perwira menengah yang akhirnya di tetapkan menjadi Pahlawan Revolusi.

G30S PKI adalah peristiwa kudeta yang berakhir tragis pada tanggal 30 September malam hingga 1 oktober 1965.

7 Pahlawan Revolusi korban G30S PKI di bunuh dan di buang ke dalam sumur tua di daerah lubang buaya, Jakarta Timur.

Berikut profil 7 pahlawan revolusi yang gugur dalam peristiwa pemberontakan G30S PKI pada 1965.

1. Jenderal Ahmad Yani

Jendral Ahmad Yani Lahir 22 Juni 1922, merupakan Panglima TNI AD ke-6 di masa Orde Lama.

Semasa muda, Jenderal Ahmad Yani menempuh pendidikan Heiho di Magelang dan Pembela Tanah Air Peta (PETA).

Pada 1958, Ahmad Yani menjabat sebagai Komandan Komando Operasi 17 Agustus di Padang, Sumatera Barat.

Operasi tersebut bertujuan untuk menumpas pemberontakan PRRI.

Jenderal Ahmad Yani juga terlibat dalam pemberantasan pemberontakan komunis di Madiun pada 1948, Agresi Militer Belanda II, dan penumpasan DI/TII di Jawa Tengah.

2. Letjen Suprapto

Lahir di Purwokerto pada 20 Juni 1920 dan masuk ke Akademi Militer Kerajaan Bandung.

Karier Letjen Suprapto di dunia militer melejit setelah aktif terlibat memperjuangkan Indonesia dari kekuasaan Jepang.

Ia berhasil merebut senjata pasukan Jepang di Cilacap dan menjadi bagian dari Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Purwokerto.

Tak hanya itu, Letjen Suprapto menjadi ajudan Panglima Besar Sudirman dalam pertempuran Ambarawa.

3. Mayjen Donald Isaac Panjaitan

Mayjen Donald Isaac Panjaitan Lahir pada 9 Juni 1925 di Balige, Tapanuli. Pada masa pendudukan Jepang, ia menjalani pendidikan militer Gyugun.

Ia sempat diangkat sebagai Asisten IV Menteri/Panglima Angkatan Darat yang diberi kesempatan belajar ke Amerika Serikat.

4. Letjen S. Parman

Letjen S Parman lahir di Wonosobo pada 4 Agustus 1918. Ia juga merupakan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan pernah mempelajari ilmu intelijen hingga ke Jepang.

Karena kecerdasan di bidang intelijen, Letjen S Parman telah mengetahui lebih dulu rencana pemberontakan pada 1965. Namun, Letjen S Parman gugur pada saat G30S.

Sama seperti Pahlawan Revolusi sebelumnya, Mayjen Sutoyo Siswomiharjo juga tergabung dalam Tentara Keamanan Rakyat (TKR).

Ia pernah menjadi anggota Korps Polisi Militer.

5. Mayjen Sutoyo Siswomiharjo

Mayjen Sutoyo Siswomiharjo lahir di Jakarta, 21 Februari 1939, merupakan lulusan Akademi Militer Jurusan Teknik tahun 1962.

Ia diangkat menjadi ajudan Kolonel Gatot Subroto. Kemudian ia menjadi Kepala Bagian Organisasi Resimen II Polisi Tentara di Purworejo.

6. Letjen Mas Tirto Haryono atau MT Haryono

Lahir pada 20 Januari 1924 di Surabaya. Diketahui, ia pernah menempuh pendidikan kedokteran di Ika Dai Gaku pada masa pendudukan Jepang.

Letjen Mas Tirto Haryono atau MT Haryono bergabung dalam Tentara Keamanan Rakyat (TKR), ia berpangkat mayor.

Saat bergabung dalam Kementerian Pertahanan, MT Haryono menjabat sebagai Sekretaris Delegasi Militer Indonesia.

Kepiawaiannya dalam berbahasa asing seperti Bahasa Belanda, Inggris, dan Jerman, menjadikannya terlibat dalam perundingan internasional untuk membela Indonesia.

7. Kapten Pierre Tendean

Kapten Pierre Tendean menjabat sebagai Komandan Peleton Batalyon Zeni Tempur 2 Komando Daerah Militer II/ Bukit Barisan di Medan.

Pada April 1965, ia diangkat sebagai ajudan Menteri Koordinator Pertahanan Keamanan/Kepala Staf Angkatan Bersenjata, Jenderal AH Nasution

Kapten Pierre Tendean diculik oleh G30S karena mengaku sebagai Jenderal AH Nasution.

Hal tersebut dilakukan agar sang jenderal selamat dan berhasil melarikan diri.

Barbareto
Barbareto
Informatif dan Menginspirasi

Related Articles

Stay Connected

2,593FansSuka
344PengikutMengikuti
112PengikutMengikuti
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Latest Articles