barbareto.com | Jakarta – Diskusi bersama Sejumlah narasumber yang berlatar belakang pengamat dan ahli dengan tajuk “Siapa Dalang Joko Widodo 3 Periode, Antara Konstitusi dan Kekuasaan” menjadi hangat semalam di acara DETIK FORUM, Sabtu (26/6/2021).
Dalam diskusi tersebut mendapat apresiasi karena semua narasumber hadir dan berbeda argumen diantaranya tokoh dan mantan politisi Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean yang kini bergelut sebagai aktivis sosial, politik dan hukum, tokoh muda Tony Akbar Hasibuan yang juga Ketua DPW Partai Berkarya DKI Jakarta, Pengamat politik Dr. Jerry Massie, MA., Ph.D., selaku Direktur P3S & Peneliti Indonesia Maju Institute, Tokoh Indonesia Timur Nurkaltim La Ovo selaku Waketum DPP Partai Rakyat dan ahli hukum tata Negara Dr. Abdul Aziz Hakim, SH., MH., sebagai pakar hukum tata negara UMMU Ternate serta host Dhanny Kurnia dari Pemimpin Redaksi DETIK Indonesia.
Diskusi ini berjalan kurang lebih dua jam namun terus menggugah para narasumber untuk tetap berbeda padangan, akan tetapi menurut Ferdinan saat memaparkan argumennya bahwa persoalan keterbatasan kewenangan adalah hal yang sangat wajar, karena ada trauma masa kepemimpinan sebelumnya, yakni Kepemimpinan Soekarno dengan gaya demokrasi terpimpinnya, kepemimpinan Soeharto dengan otoriterisme sehingga konstitusi kita harus amandemen dan melahirkan jabatan presiden hanya 2 periode, kata mantan Politisi Demokrat ini.
Ia juga menambahkan bahwa kenapa muncul ide 3 periode ini, tentu karena adanya kekuasaan dan kapling kekuasaan oleh Ketua-ketua Umum Partai yang menurutnya adalah bagian dari tidak adanya aspirasi Partai untuk merekrut para pemimpin bangsa ini.
“Padahal saya menginginkan agar calon pemimpin pasca Jokowi harus yang lebih baik, yakni pemimpin yang di inginkan oleh rakyat,” ujar Ferdinan.
Sementara Nurkaltim La Ovo saat memaparkan juga bahwa Ia secara jujur bukan lahir di masa reformasi, tetapi Ia sebagai anak muda mengikuti proses reformasi dari berbagai sumber, tentu ia aktif di Partai Rakyat yang kini sangat aktif menyuarakan menolak Jokowi 3 periode. Ia tentu tidak sepakat bila Partai dianggap tak terbuka, padahal kalau kita jujur semua Partai Politik sangat terbuka dan menegaskan bahwa Bung Ferdinan harus mengkampanyekan kepada anak muda untuk bergabung di Partai Politik.
“Karena kita yakin bahwa banyak sakali tokoh-tokoh yang baik yang sangat banyak di negeri ini,” kata La Ovo, yang juga putra Alor NTT.
Namun sikap Ketua Berkarya DKI Jakarta Tony Hasibuan dan ahli politik Jerry Massie secara tegas menolak Jokowi 3 periode, hanya menurut Jerry dan Tony bahwa isu 3 periode adalah sangat seksi belakangan ini, tentu dilihat dari perspektif Tony.
Tony lebih menegaskan bahwa ia tidak sepakat bahwa sobekan tiket di Pilpres 2024 menjadi ganjal dan bagi yang memberikan Jokowi tiga periode adalah bagian dari meledek atau semacam menggugurkan ketokohan Pak Jokowi, padahal Pak Jokowi ini menurut beberapa tokoh sebagai king maker di 2024.
Sedangkan Pengamat Politik Jerry Massie bahwa merujuk pada politik luar negeri yang sama-sama demokratis, namun Indonesia sangat berbeda.
“Soal isu 3 periode itu hal biasa saja, namun tidak hanya kita munculkan Jokowi-Prabowo, tetapi bisa saja kita munculkan Jokowi-AHY atau Prabowo dengan siapa lagi, supaya isu seperti ini sangat demokratis, tentunya kita juga harus stop bicara reformasi bila 3 periode kita setujui,” cetus Jerry Massie dalam diskusinya.
Terakhir pendapat Dr. Abdul Aziz Hakim, SH., MH., selaku pakar hukum yang memaparkan perspektifnya sebagai ahli hukumnya bahwa terkait filosofis konstitusi, kenapa ada pembatasan kewenangan dan kekuasaan, ini ada karena sering terjadi abuse of power sehingga hal tersebut harus di batasi, supaya orang tidak seenaknya memutar balikkan kekuasaannya dan ia melihat orang-orang yang mengurusi bangsa ini terlihat tidak serius, menurutnya bila ada yang mau memasukan ageda konstitusi, maka agenda-agenda reformasi penting untuk di bangun, demi aspiratif dan komitmen kita terhadap reformasi ini.