Selong – Dinas Kelautan dan Perikanan Lombok Timur buka suara terkait tingginya harga garam beberapa minggu terakhir.
Namun dengan tingginya harga tidak lantas membuat stok garam tidak tersedia.
Demikian di jelaskan Sekretaris Dinas Kelautan dan Perikanan Lombok Timur, Sumaryadi kepada Barbareto.com, Selasa 16/05/2023).
“Garam ini memang fenomena alam, namun kondisi saat ini sangat ekstrem, dan memang betul terjadi lonjakan harga terhadap garam,” jelasnya.
Produksi alam sendiri Lanjut Sumaryadi, di padukan dengan kondisi alam.
Namun kabar baiknya beberapa pengolah garam di wilayah Selatan mulai kembali berproduksi.
Hal tersebut merupakan upaya untuk menekan harga di lapangan.
“Hari ini juga kami jadwalkan untuk turun. Beberapa hari ini juga para pengolah sudah mulai berproduksi, artinya masa ini akan segera kita lalui,” ujarnya.
Sebelumnya Dinas Kelautan sudah berupaya meningkatkan produksi garam menggunakan teknologi geomembran.
Namun lagi-lagi kendala cuaca belum maksimal, akan tetapi hasil produksi geomembran saat ini sedang masuk tahapan uji di Jakarta.
“Untuk geomembran juga memang terkendala cuaca. Akan tetapi hasil produksi bisa di pastikan 97 persen berkualitas dan bagus untuk konsumsi,” imbuhnya.
Di satu sisi, petani garam Lombok Timur mulai inisiatif untuk memproduksi garam lebih modern.
Hal ini di buktikan dengan beberapa petani mengadopsi teknologi geomembran untuk berproduksi.
“Ini yang patut kita dorong, petani garam yang mulai inovatif, tentunya juga berperan menstabilkan harga,” paparnya.
Lebih jauh di jelaskan Sumaryadi, harga garam di Lombok Timur masih di angka Rp 100 ribu.
Namun di beberapa titik sudah terpantau relatif, sedangkan untuk yang menembus harga 600 sudah berhasil di tekan.
“Memang harga garam masih relatif, akan tetapi di beberapa titik terpantau stabil,” pungkasnya.
Follow kami di Google News