barbareto.com | Selamat ini posisi perempuan menjadi sangat penting dalam keterlibatannya di lingkungan masyarakat, salah satunya dalam upaya penyelamatan lingkungan melalui pengelolaan sampah.
Perempuanlah yang mampu menjadi kunci dalam mengendalikan produksi sampah rumah tangga, dengan dukungan pula dari anggota keluarga yang lainnya.
Sebagai komitmen dalam menjalankan bisnis yang berkelanjutan CCEP Indonesia di wilayah area operasional Bali memiliki inisiatif program pemberdayaan perempuan yang menyasar kepada pengembangan kemandirian ekonomi kepada ibu-ibu kru kebersihan pantai program Bali Beach Clean Up (BBCU).
Sebanyak 75 orang kru kebersihan pantai ini diberikan pelatihan pengolahan bahan baku sampah daun di pantai untuk dijadikan sebagai salah satu material untuk motif pembuatan batik eco-print.
Inisiatif ini bertujuan untuk dapat memberikan peluang ekonomi alternatif bagi komunitas dan masyarakat sekitar pantai khusunya, terlebih dalam memaksimalkan potensi ekonomi kreatif yang sejalan dengan konsep ekonomi sirkular dari pemanfaatan sampah pantai tersebut.
Salah satu proses pembuatan batik eco-print yang dilakukan oleh ibu-ibu kru kebersihan pantai program Bali Beach Clean Up (BBCU) di Bali.
Tidak hanya di Bali, di wilayah operasional Kabupaten Semarang pun persoalan pengelolaan sampah semakin mendapatkan perhatian dari berbagai pihak.
Peran perempuan dalam pengelolaan sampah skala rumah tangga tak lepas dari aktifitas yang mereka lakukan setiap hari.
“Pembelanjaan konsumsi sehari-hari mayoritas dilakukan oleh ibu rumah tangga, jika mereka sudah mempunyai kesadaran melakukan pengelolaan sampah, otomatis anggota keluarga lain akan mengikuti” tegas Ida, penggerak Bank Sampah (BS) Kebonan Berseri di dusun Kebonan, Desa Randugunting ketika menerima kunjungan dari Forum Komunikasi Wartawan Kabupaten Semarang (FKWKS), Minggu, 20 Maret 2022, memperingati hari perempuan sedunia pada awal Maret lalu.
Baca juga : CCEP Indonesia Serahkan Bantuan Paket Sembako ke Desa Werdi Bhuwana
Melalui Bank Sampah, Ida mengajak tetangganya memilah sampah menjadi beberapa kelompok antara lain sampah plastik, kaca, logam, kardus, dan sampah lain yang masih mempunyai nilai jual.
“Pemilahan ini membutuhkan orang yang telaten, sehingga cocok dengan karakter yang dimiliki oleh perempuan” jawab Ida ketika ditanya kenapa mayoritas pengurus BS adalah perempuan oleh rekan media.
Ibu dengan 2 anak ini menambahkan, mayoritas nasabah yang datang menimbang sampah adalah ibu rumah tangga, meskipun diantara mereka juga aktif bekerja sebagai karyawan pabrik atau wirausaha.
Sedangkan di Jawa Timur, CCEP Indonesia juga mengembangkan Waste Management Education, program pengelolaan sampah di Desa Kepulungan Kabupaten Pasuruan, yang sebagian penggeraknya didominasi oleh kaum perempuan.
Sebagai warga usaha yang berkomitmen terhadap pelestarian lingkungan, CCEP Indonesia menyadari pentingnya peran perempuan dalam mengurangi sampah.
Oleh karena itu, sejak tahun 2020 lalu CCEP Indonesia bersama warga mulai meluncurkan program pengelolaan sampah, melalui edukasi pembentukan Bank Sampah untuk merubah perilaku warga agar dapat mengelola sampah dengan baik.
“Kami berharap kegiatan ini dapat terus berkembang, sehingga dampak yang dirasakan masyarakat juga bertambah,” kata Regional Corporate Affairs Manager-East Indonesia Region CCEP Indonesia, Armytanti Hanum Kasmito. (*/rls)