barbareto.com | Lombok Timur – Program literasi Madrasah Unggul Anak Hebat, yang disingkat MAULANA saat ini telah membangun jejaring kolaborasi di tingkat Kabupaten Lombok Timur (Lotim). Hal itu bertujuan untuk meningkatkan literasi dasar di Nusa Tenggara Barat (NTB), utamanya di Lotim.
Hingga saat ini, program literasi MAULANA sudah membangun jejaring kerja sama dengan unsur Pemerintah Daerah (Pemda) Lotim melalui Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Lotim, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Lotim, dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Lotim.
Tak hanya itu, kerja sama tersebut juga dibangun dengan unsur non-pemerintah seperti Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), Organisasi jaringan NW dan NWDI, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang mempunyai kepedulian terhadap literasi, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Madani, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Tahdumul Jibal, dan Berugak Inspirasi.
Seperti yang diketahui, program literasi MAULANA merupakan ikhtiar bersama dari program kemitraan INOVASI dengan Institut Agama Islam Hamzanwadi NW Pancor dalam rangka meningkatkan kapasitas literasi dasar, khususnya di Lombok Timur.
Manager program MAULANA kemitraan IAIH NW Pancor dengan INOVASI, Heri Hadi Saputra menyampaikan, program literasi MAULANA sampai dengan saat ini telah menyasar 40 Madrasah Ibtida’iyah (MI) yang tersebar di Lotim. Dan sudah mulai diimbaskan ke Madrasah lain non-sasaran, melalui inisiatif Fasilitator Daerah (Fasda), Kelompok Kerja Madrasah (KKM), Guru dan Pengawas Madrasah.
Hal tersebut disampaikan oleh pria yang karib disapa Heri itu, saat melaksanakan workshop membangun jejaring kolaborasi tingkat Kabupaten Lotim, untuk literasi dasar yang inklusif, yang digelar dari 30 September sampai dengan 1 Oktober kemarin.
Baca juga : Program INOVASI-IAIH NW Pancor Gelar Workshop Advokasi dengan Stakeholder
“Tujuan dari pembentukan jejaring dan membangun kolaborasi ini ialah, karena pada dasarnya mendidik merupakan tugas setiap orang yang terdidik. Jadi, tugas kita orang-orang terdidik ini wajib menuntaskan masalah literasi ini,” kata Heri ketika di Lesehan Sekar Asri beberapa waktu yang lalu. (6/10/21).
Mengingat, tingkat literasi di NTB wabil khusus di Lotim masih rendah, maka menurutnya ikhtiar dari program MAULANA ini merupakan bagian dari instrumen yang dibutuhkan saat ini untuk menaikkan peringkat literasi di Lotim. Bahkan bukan hanya di tingkat SD/MI saja, namun persoalan literasi ini terjadi juga di Lembaga Pendidikan lainnya.
“Ini bukan hanya masalah mereka, tapi ini juga merupakan masalah kita. Maka dari itu kita juga harus bertanggungjawab. Terlebih, kita di sini tentunya memiliki kompetensi masing-masing. Mari gunakan sumber daya yang kita miliki untuk membantu diri kita,” pungkasnya.
Adapun sampai dengan saat ini program MAULANA telah banyak melakukan kegiatan seperti analisa situasi di 40 MI sasaran, publikasi hasil penelitian, pengembangan materi pelatihan dan pendampingan, penguatan sekaligus pelatihan 20 Fasilitator Daerah (Fasda), dan telah melatih 130 Guru serta 40 Kepala Madrasah beserta dengan komite untuk literasi dasar yang inklusif.
Disisi lain, Kepala Seksi (Kasi) Kurikulum dan Penilaian Bidang Pembinaan SD Dikbud Lotim, Nirwana Puspasari berharap agar program MAULANA tersebut bukan hanya menyasar MI saja. Namun Sekolah Negeri (SD) juga memerlukan program MAULANA, karena Ia menilai program tersebut langsung menyentuh persoalan siswa terkait dengan kebutuhan literasi dasar.
“Kami berharap supaya program ini bukan hanya menyasar MI saja, tapi nanti juga bisa menjamah SD-SD yang tersebar di Lombok Timur. Mudah-mudahan ke depannya bisa seperti itu,” harapnya.
Selain itu, Ia juga menerangkan bahwa metode yang dikembangkan oleh program literasi MAULANA untuk mengentaskan masalah literasi, dianggap berdampak nyata bagi siswa di sekolah-sekolah yang mengalami persoalan literasi dan numerasi.
Dia juga mendukung metode pengembangan kapasitas literasi yang digunakan oleh program MAULANA saat ini. Melihat data dan fakta menunjukkan jika metode tersebut berdampak bagi peningkatan literasi dasar siswa di MI.
Diketahui, saat ini program MAULANA mengembangkan metode Amati, Dengar, Baca dan Ceritakan yang disingkat ADaBTa. Dan beberapa bulan terakhir, metode tersebut dianggap bisa meningkatkan literasi dasar siswa di 40 MI sasaran.
Sementara itu, Kepala PKBM Madani, Syarif Hidayatullah mengapresiasi program MAULANA karena bertujuan untuk mengentaskan persoalan baca dan tulis di tengah masyarakat. Ia juga mengaku, persoalan literasi masih banyak terjadi di tengah masyarakat.
“Bukan hanya terjadi di SD dan MI atau Lembaga Pendidikan saja, namun masalah literasi ini ada di tengah-tengah masyarakat. Kami menyambut baik adanya program literasi MAULANA ini, karena dengan inilah kita membangun sinergitas untuk mengentaskan masalah literasi,” tuturnya. (gok)